Orang Berpendidikanadalah orang yang sekolah, begitu kata orang-orang. Apakah orang bijak akanbilang seperti itu?
Sebelum ada sekolah, Indonesia sudah terdidik oleh alam. Sebelumada sekolah, orang-orang Indonesia sudah belajar dan berguru. Entah ilmu agamaatau ilmu silat. Apakah bijak mengatakan orang yang belajar tapi tak sekolahsebagai orang tak berpendidikan.
Guru Kula Mirip Cerita Silat
Tak ada gambaran pasti bagaimana awal sejarah pendidikan diIndonesia. Tak ada yang bisa menjelaskan bagaimana seseorang belajar menjadicerdas dari gurunya di masa Nusantara lama dulu? Mungkin tak dikenal sistempembelajaran yang mapan. Manusia hanya belejar tanpa menyadari bahwa dirinyajuga belajar, dengan kata lain belajar secara alamiah. Untuk bisa bertahanhidup manusia memang butuh belajar.

Guru Kula era India Kuno
Dosen mata kuliah Sejarah Pendidikan saya waktu kuliah di IKIP Jogja dulu, Akung Karsiman, Guru Kula tergolong sistem pengajaran tertua di Indonesia sebelum ada Madrasah atau sekolah. Guru Kula disebut Gurukul dalam bahasa Sansekerta—dimana istilah ini berasal. Bisa ditelaah jika sistem ini dibawa orang India ke Indonesia di era awal-awal masuknya agama Hindu-Budha ke Indonesia. Sistem ini memang sarana pembelajaran agama Hindu sejak zaman Weda di India, belakangan juga Budha menerapkannya.
Guru diartikan sebagai pengajar,pendidik, guru atau master. Kula diartikan sebagai keluarga. Maksudnya, muriddan guru tinggal bersama dalam satu lingkungan—dimana murid juga harusmengurusi pekerjaan rumah tangga di lingkungan itu sembari belajar ilmu laindari sang guru. Murid hidup jauh darikeluarganya. Lingkungan ini disebut asrama (ashram).Murid disebut shishya—mungkin diadaptasidalam bahasa Indonesia menjadi siswa.
Kita mungkin teringat bagian daricerita Pararaton dimana Ken Arokbelajar sebentar pada seorang gurubernama Lohgawe. Meski dikenal sebagai garong sebelum jadi raja, Ken Aroksetidaknya bisa digolongkan sebagai orang berpendidikan. Begitu simpulan sayasoal Ken Arok yang pernah berguru diashrampendeta Lohgawe.

Wiro Sableng murid si Sinto Gendeng. Dialah produk Guru Kula
Dalam otak saya, Gurukul atau Guru Kula mirip dengan padepokan silat dalam cerita atau film-film silat. Seperti Wiro Sableng diasuh dan diajar silat oleh Sinto Gendeng. Setelah Sinto Gendeng merasa cukup mengajarkan ilmu silatnya pada Wiro Sableng, maka Wiro pun berkelana untuk belajar soal kehidupan diluar padepokan. Sang Guru pun melepas murid kesayangannya itu.
Dalam cerita silat, seorang gurusilat tak hanya punya satu murid. Ada beberapa murid. Murid-murid yang baikselalu bersikap melindungi saudaranya yang lain. Kadang, ada cerita murid yangdurhaka pada sang guru dan menyakiti murid yang lain.
Di Indonesia, bentuk rasa hormatmurid pada sang guru adalah menjadikan cium tangan sang guru sebagai tradisi. Halini belakangan sering dianggap feodal dan terkesan konservatif. Andi Hakim Nasution pernah punya jawaban,kenapa murid kudu cium tangan pada gurunya? Menurutnya, ketika seorang muridmelihat murid lain mencium tangan gurunya, murid itu akan merasa kalau gurumereka sama. Dan mereka harusnya merasa saudara seperguruan.

Cium tangan ternyata bukan perkara simbolis!
Sebagai saudara mereka harus saling menjaga, jadi haram hukumnya untuk baku hantam atau tawuran antar sesama. Ini tak hanya berlaku di sekolah saja seharusnya. Dalam dunia persilatan pun sama. Jadi cium tangan itu bukan hal mudah. Cium tangan bukan simbolis belaka!!
Pesantren: Penerus Guru Kula
Beberapa sejarawan Islam di Indonesia percaya pesantrenmuncul di era Walisongo menyebarkan ajaran Islam di Indonesia. Berdasarkan catatan yangada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak tahun1596. Kegiatan agama inilah yang kemudain dikenal dengan nama Pondok Pesantren. Bahkan dalam catatan Howard M. Federspiel, salah seorang pengkaji keIslaman di Indonesia, menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh (pesantren disebut dengan nama Dayah); Palembang, di Jawa Timur dan di Gowa telah menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri untuk belajar. (Hielmy, Irfan. Wancana Islam (ciamis:Pusat InformasiPesantren,2000), hal. 120).
Pesantren, berasal dari katasantri (berarti murid dalam bahasa Jawa). Area pesantren disebut funduuq(dalam bahasa Arab) atau Pondok(dalam bahasa Indonesia). Guru atau pengajar atau pendidik di pesantren disebutKyai.

Cium tangan Kyai, sebuah tradisi pesantren
Biasanya Kyai ini guru tertinggidisamping guru-guru pembantu lain. Guru di pesantren tampaknya lebihbertingkat. Mungkin tak sebanyak GuruKula.Sama dengan sistem Guru Kula,dalam sistem pesantren murid-murid atau santri-santri tinggal dalam satulingkungan yang disebut pondok tadi. Lalu, dimana perbedaan pesantren dengan Guru Kula? Setidaknya, hanya beda dalamistilah saja dan pesantren adalah pengembangan adalah Guru Kula.
Orang boleh saja mengklaimpesantren asli Indonesia dan produk Islam Indonesia. Tapi jangan lupa iniberangkat dari sistem zaman Hindu yang dibawa orang India. Pengembangan Islamnyatanya memang sering memakai tinggalan Hindu sebagai media, termasuk sistempengajarannya.
Pesantren makin hari makinberkembang. Bahkan jauh lebih besar daripada Guru Kula. Termasuk dalam jumlah murid. Belakangan, banyakpesantren non tradisional tak memakai istilah Kyai untuk para guru melainkanmemakai istilah Ustadz—yang terkesan lebih Arab (atau Islami bagi kelompoktertentu).

Para santri siap mendengar wejangan
Pesantren masih bisa eksis dijaman dimana sekolah dianggap bergengsi. Sialnya, pesantren kadang dijadikanpelarian bagi sebagian orangtua untuk menitipkan anak mereka yang nakal. Karenasekolah, yang semula mereka anggap keren itu tak mampu lagi membuat anak merekabaik di mata mereka.
Pesantren tak terkesan kuno. Pesantren tak takutmemodernkan diri. Tujuannya tak lain adalah memberi bekal lulusannya agar bisamenghadapi tuntutan dunia yang terus berubah. Nilai-nilai kearifan yang agamistentu tetap ditekankan.
Ayo Sekolah
Siapa yang membawa sekolah ke Indonesia? Anda bisa tebak kalauorang-orang barat macam Belanda atau Eropa lain. Kaum misionaris dan Zending,yang menyebar agama ke Indonesia, adalah pihak yang terbilang massif mempopulerkansekolah di Indonesia, ketika pemerintah Kolonial baru bikin sedikit sekolahkarena lebih asyik mengeksploitasi bumi nusantara.
Sekolahtentu berbeda dengan Guru Kula atauPesantren, murid tak harus tinggal dalam satu asrama dengan guru—meski adasekolah berasrama. Kebanyakan, murid tinggal di di rumah bersama orangtua. Hanyajam tertentu saja mereka ke sekolah untuk ambil kelas. Harus kita akui jika sekolah adalah bagian dari pembaratandi Indonesia.

Sekolah sebagai wadah pembaratan yang tak disadari.
Sekolah atau school dapat dilacak dari kata Latinseperti skhole, scola, scolae,yang dipergunakan sekitar awal abad XII. Arti harafiahnya adalah "waktuluang" atau "waktu senggang". Dengan demikian agaknya bersekolahpada awalnya tak lain adalah leisuredevoted to learning—yakniwaktuluang yang digunakan secara khusus untuk belajar.(Andreas Harefa, Pembelajaran:Melacak Asal Usul Sekolah).Dasar OrangIndonesia! Yang dari barat selalu bagus dalam otak mereka. Sekolah, dianggaplebih modern ketimbang pesantren apalagi GuruKula. Sekolah juga menjadi kebutuhansekaligus trend masyrakat Indonesia. Sedari kecil, anak mereka yang masih 4 atau5 tahun dimasukan ke sekolah. Anak mereka pun dibiasakan dengan tugas-tugas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar