Kamis, Juni 05, 2008

Virus Indo-Rock van Nusantara

Tielman Brother nyaris tidak dikenal di Indonesia. Hebatnya lagi band keluarga ini ikut memberi pengaruh besar dalam sejarah musik rock n roll dunia.Inilah Band pembawa virus Indorock sebelum Beatles berjaya.
Surabaya layak dijuluki kota Rock n Roll Indonesia. Banyak band-band besar, termasuk pengusung musik cadas lahir di Kota Pahlawan ini. Sebutlah Dewa 19, Grass Rock, Boomerang dan lainnya. Tidak banyak orang tahu bahwa Surabaya pernah melahirkan band rock kelas dunia bernama Tielman Brother. Nama ini tidak pernah dikenang dalam sejarah rock Indonesia. Entah mengapa? Mungkin karena kebijakan anti rock n roll yang Ngak-Ngik-Ngoek. Mungkin karena ayah dari musisi-musisi itu yang Kapten KNIL (Tentara Hindia Belanda). Terlepas dari semua kemungkinan tadi, Tielman Brother layak menjadi bagian dari sejarah rock Indonesia juga. Mereka juga orang Indonesia, lebih penting lagi mereka memberi sumbangan besar bagi sejarah rock n roll dunia—yang pengaruhnya juga terasa di Indonesia. Pastinya, referensi tentang Tielman Brother di Indonesia memang terbatas.
Siapa Tielman Brother? Mereka juga band keluarga seperti Koes Bersaudara. Tielman brother terdiri dari Reggy Tielman (Surabaya, 20 May 1933) memainkan banjo,guitar dan vocal; Ponthon Tielman ( 4 Agustus 1934 - 29 April 2000) memainkan double bass,guitar dan vocal: Andy Tielman (30 May 1936) memainkan guitar dan vocal: Herman Lawrence Tielman alias Loulou Tielman (30 oktober 1938 - 4 Agustus 1994) memainkan drum merangkap vocal. Mereka berempat adalah personil inti yang cukup dasyat di atas panggung. Selain empat bersaudara itu, adik perempuan mereka Janette Loraine Tielman alias Jane Tielman (17 Agustus 1940 - 25 juni 1993) juga ikut bernyanyi dalam band. Mereka sempat memakai nama The Timor Rhytm Brothers diawal karirnya sebelum akhirnya memakai nama Tielman Brothers—yang menjadi nama besar dalam dunia rock n roll di zamannya.
Ayah mereka yang Kapten KNIL ternyata pecinta musik. Begitu juga ibu mereka yang kerap menjadi menejer band. Surabaya 1945 adalah awal karir mereka bermusik. Zaman mereka masih bocah yang senang dolanan (bermain). Dolanan mereka sekeluarga adalam musik. Mereka kerap bermain dalam pesta-pesta keluarga. Kebanyakan band, memang mulai tampil sebagai peramai pesta—seperti pernah dialami Koes Bersaudara di awal dekade 1960an kemudian.
Tahun 1956, keluarga Tielman hijrah ke Breda, Belanda. Negeri ini memberi banyak ruang anak-anak Tielman untuk mengembangkan musik mereka. Arah mereka tidak lain rock n roll—yang identik dengan musik anak muda. Di Negeri Kincir Angin itu mereka juga mulai merekam rock n roll. Setelahnya mereka menjadi terkenal.
Kepindahan mereka ke negeri Belanda, juga telah membawa budaya tropis dan kecintaan mereka pada gitar akhirnya melahirkan term “Indo-Rock” yang populer masa itu. Cirinya adalah dominasi gitar, instrumen yang dikenalkan orang-orang Portugis saat datang ke Hindia-Belanda sekitar abad ke-14. Permainan gitar ala Portugis yang akhirnya dikenal sebagai musik keroncong ini dipadukan oleh anak-anak Timor itu dengan musik Hawaii, country, dan rock’n'roll yang mereka dengar dari radio-radio Amerika Serikat yang dipancarluaskan dari Filipina atau Australia.
Perjalanan Tielman Brothers menjelajah dunia rock di luar negeri juga ikut memberikan pengaruh yang cukup dasyat di blantika musik rock pada saat itu. Penampilan mereka juga cukup memukau publik di Belanda khususnya dan Eropa pada umumnya. Bisa dibilang mereka lah yang pertama kali memulai atraksi panggung yang liar dan atraktif, seperti bermain gitar dan juga double bass sambil melompat atau berguling-gulingan, serta tentunya demo drum.
Meski pengaruhnya besar dalam sejarah rock dunia. Ada suara menyatakan bahwa musisi dunia sekelas Paul McCartney, vocalis dan bassis Beatles, mengagumi aksi panggung Tielman Brother. Ketika Beatles masih menjadi band kafe di Hamburg, Jerman, para personil Beatles menyempatkan diri untuk melihat aksi panggung Tielman Brothers.
Orang-orang pasti kenal Jimi Hendrix, seorang gitaris dengan aksi panggung yang mencengangkan. Tapi hanya sedikit orang Indonesia yang tahu bahwa sebelum pecinta rock tercengang dan berdecak kagum dengan permainan atraktif Jimi Hendrix di tahun 1967, Andy Tielman, sang frontman telah memulai teknik memetik gitar menggunakan gigi atau kaki. Andy Tielman memulainya di tahun 1956, 11 tahun sebelum Jimi Hendrix bereksperimen dengan gitarnya.
Salah satu gitar andalan Andy Tielmans adalah Fender Jazz Master khusus dengan 10 senar. Fender, pabrikan gitar terkemuka di dunia itu, bahkan sengaja mengirim wakilnya ke Jerman untuk merancang gitar untuk Andy Tielmans. Ini sebuah keuntungan dan juga kehormatan bagi Fender karena telah digunakan salah satu pelopor musik rock n roll kelas dunia seperti Andy Tielman. Gitar lain milik Andy Tielman adalah Gibson Les Paul keluaran pertama yang di impor ke Belanda. Gibson juga tidak kalah mendunia dengan Fender.
Masa jaya Tielman Brothers adala akhir era 1950an hingga awal 1970an. Di tahun 1958 TheTielmans Brothers punya 3 album yang jadi hits di seluruh dunia. Mereka mendahului Beatles yang muncul awal dekade 1960an. Setelahnya, bisa dibilang, Tielman Brothers kalah pamor dengan Beatles. Histeria para gadis lebih tertuju pada Beatles pada dekade 1960an. Betapapun melejitnya Beatles, tetap saja Tielman Brothers tampil lebih liar dan atraktif di atas panggung daripada Beatles.
Di tahun 1976 band ini dikabarkan Tielman Brother bubar. Ada opini menyatakan jika permainan musik mereka terkesan mandek dan tidak ada perkembangan alias kurang eksploratif. Masa rock n roll dianggap telah berlalu. Beatles sendiri dinyatakan bubar di tahun 1970an. Publik musik rock n roll sudah bosan dengan gaya mereka—yang cukup ketinggalan zaman dimasa itu. Tahun 1970an bukan zaman mereka lagi. Dekade 1970, dalam musik rock, adalah era milik Psycodelict rock milik Pink Floyd atau Heavy Blues yang diusung Led Zepellin.
Andy Tielman saja yang masih eksis bermain musik dan tinggal di Negari Belanda. Di usianya yang sudah semakin senja, Andy Tielman kini lebih banyak rekaman untuk lagu-lagu rohani dan sesekali tampil di publik Belanda dengan gitarnya. Tentu penampilannya tak bisa seliar dulu lagi
Tielman Brothers kurang dikenal publik musik rock Indonesia karena isolasi budaya Indonesia dimasa orde lama. Larangan Sukarno atas masuknya rock n roll tentu menghambat dikenalnya Tielman Brother di Indonesia—yang notabene-nya juga negeri asal mereka. Lagu-lagu Beatles saja bisa dianggap kontrarevolusi pendukung kapitalis dan buat gerah pejabat orde lama. Bagaimana jika Tielman Brothers beraksi diatas panggung dengan jingkrak-jingkrak, Sukarno mungkin bisa kena serangan jantung.
Seperti halnya Beatles yang hanya bisa dinikmati dari siaran radio BBC tiap subuh. Hal yang sama mungkin saja dilakukan untuk mendengar lagu-lagu Tielman Brother—itupun jika sedang beruntung karena yang populer dimasa itu adalah Beatles. Nusantara dibawah kaki rezim Sukarno seolah menutup mata bahwa mereka punya anak-anak hebat dari keluarga Tielman yang menguncang sejarah rock n roll dengan Indi-Rock-nya.
(disadur dari beberapa sumber)
Anak Paria

Chrisye: Suara Sutra Dari Pegangsaan


“Semangat bermusik saya tidak akan pernah mati” Kata itu tertulis pada halaman terakhir autobiografinya. Ketika sakit Chrisye masih menyimpan energi bermusiknya, seperti saat dia mulai bermusik di Pegangsaan bersama Nasution bersaudara.

Laurens Rahadi boleh sedih jika putranya, Chrisye, enggan melanjutkan kuliah teknik arsitektur seperti harapannya. Meski sang ayah kecewa, pilihan Chrisye itu mengantarkan dirinya sebagai legenda musik Indonesia. Sang ayah akhirnya menghargai sepenuh hati keputusan Chrisye mengabil jalan sebagai musisi.
Christian Rahadi lebih memilih bermusik bersama anak-anak tetangganya, Nasution Bersaudara—Odink, Keenan, Gauri dan Debby yang dikenal sebagai pentolan Gang Pegangsaan. Pergaulan Chrisye dengan tetangganya itu, memperkenalkan Chrisye dengan instrumen bass.
Awalnya, Chrisye yang hanya nongkrong dan sesekali ngejam bareng, tidak masuk dalam formasi band. Suatu hari, Gauri mendatangi Chrisye dan bilang, “Chrisye, pemain bass kami sakit. Lu bisa gantikan? Soalnya kita dapat kerjaan banyak.” Chrisye hanya tercengang. “Lo kan sering nonton kita latihan. Pasti lo bisa ngikutin permainan kita” lanjut Gauri. Chrisye langsung meng-iya-kan. Sore itu juga mereka latihan. Hari-hari setelahnya, mereka manggung di banyak tempat. Nama band Chrisye adalah Sabda Nada, sebelum akhirnya bernama Gipsy—dimana nama terakhir membawa Chrisye manggung di sebuah restoran Ramayana—milik Pertamina—di New York. Chrisye juga sempat satu band bersama Broery Marantika dalam The Pro’s—dimana Chrisye masih memetik bas. Masa-masa ini, bagi Chrisye adalam masa belajar. Kala itu, awal dekade 1970an, Chrisye belum dikenal sebagai vokalis bersuara khas.
Dari New York, Chrisye pulang kembali ke Indonesia. Bertemulah Chrisye dengan Guruh yang berniat membuat musik idealis yang eksperimental. Bersama Guruh ini, Chrisye mulai bernyanyi solo. Sebelumnya Chrisye hanya menjadi penyanyi pendukung dalam band. Kerjasama Chrisye, Keenan, Odink, Abadi Soesman, Rony Harahap dengan Guruh melahirkan Album Guruh Gipsy yang dicetak 5.000 keping oleh Pramaqua Record.
“Ada kalanya kita berkarya untuk uang, ada saatnya karya dibuat untuk memberi makanan bagi Jiwa”. Inilah mengapa Chrisye merasa perlu terlibat dalam proyek eksperimental. Meski uang tidak mengalir deras, proyek ekspreimental sangat menyegarkan rohani bagi seorang Chrisye yang religius. Chrisye terasa menikmati proyeknya bersama Guruh itu. Dimana dia bisa lebih ekspresif dalam bermusik.
Suara Chrisye mulai dikenal masyarakat luas lewat lagu Lilin-lilin Kecil ciptaan James F. Sundah—lagu itu adalah lagu yang diikutkan dalam Lomba Cipta lagu Remaja yang diadakan Radio Prambors Jakarta. Menurut Sys N.S, yang kala itu jadi penyiar radio Prambors, lagu itu hanya cocok dinyanyikan Chrisye. Meski lagu itu tidak menang dalam lomba, namun lagu itu paling sering diputar di radio.
Medio 1977, Eross Djarot mengajak Chrisye untuk terlibat dalam membuat Soundtrack film “Badai Pasti Berlalu” yang disutradarai Teguh Karya. Dengan dibantu beberapa musisi kenamaan—seperti Keenan Nasution, Debby Nasution, Yocky Suryoprayogo, Broery Marantika dan penyanyi bersuara tinggi bernama Barlian Hutauruk—proyek ini rampung dalam 3 bulan. “Kami mendadak seperti kerasukan spirit yang sama besar”, kata Chrisye. Kesuksesan film “Badai Pasti Berlalu” diikuti dengan sukses album soundtrack-nya. Beberapa lagu seperti Merapih Alam, Matahari, Cintaku, Angin Malam, Pelangi, Semusim dan pastinya Badai Pasti Berlalu masih didengar hingga sekarang. Lagu-lagu itu bahkan direkam ulang oleh penyanyi muda sekarang seperti Astrid, Ari Lasso dan lainnya. Dikabarkan juga bahwa album Badai Pasti Berlalu dianggap sebagian kalangan sebagai album terbaik dalam blantika musik Indonesia.
Setelah album Badai Pasti Berlalu, Chrisye harus bertaruh hidup dengan album solo yang penjualannya kadang mengecewakan. Selama karir bermusiknya, Chrisye kerap bekerjasama dengan musisi ternama dalam karirnya.
Setelah album Badai Pasti Berlalu, Chrisye banyak mengarap lagu-lagu komersil. Seperti dalam album Sendiri (1984) yang penjualan sangat sukses begi Chrisyenya. Album ini mendapat penghargaan BASF Award. Chrisye bahkan mendapatkan hadiah jalan-jalan ke Jerman. Chrisye tidak mengambilnya—dirinya lebih senang berkutat dengan musik di studio daripada jalan-jalan ke luar negeri.
Medio dekade1980an, lagu-lagu Chrisye banyak yang terkesan ceria. Di cover kaset, Chrisye tampil mesra dengan model cantik. Dimana Chrisye berlagak dansa dengan kostum eyecatching. Terbayang dalam pikiran Chrisye wajah-wajah Gank Pegangsaan tetangganya yang akan menertawakannya.
Suatu kali, Chrisye dituntut untuk berdansa. Dimana Guruh sang koreografer akan mengajar Chrisye berdansa. Lagu ceria yang membuat orang berdansa itu menuntut Chrisye berdansa. Ini bukan hal mudah bagi Chrisye, karena bukan gayanya. Orang banyak mengenal Chrisye dengan gaya menyanyi kaku diatas panggung. Chrisye kerap mencoba permintaan aneh itu, meski tidak seperti harapan orang melihat Chrisye untuk tidak kaku diatas panggung. Hanya suara saja yang menjadi daya magnet bagi Chrisye diatas panggung, selain itu tidak ada..
Jauh sebelum kepergiannya, Chrisye sempat berkolaborasi dengan beberapa musisi muda Seperti Ahmad Dhani, Project Pop, Peterpan, Ricky FM, Naif dan lainnya dalam album Senyawa. Beberapa musisi muda merasa nyaman ketika bekerja sama dengan Chrisye, meski awalnya canggung dengan gaya Chrisye yang pendiam itu.
Di blantika musik Indonesia Chrisye memiliki karakter suara yang khas. “Suaranya seperti suara sutra. Suara Surga” kata Titik Puspa. Suara Chrisye memberi kesejukan bagi pendengarnya. Si anak Pegangsaan ini memberi kedamaian dengan lagu-lagunya. Chrisye harus kembali pada yang kuasa 30 Maret 2007 silam. Yang terekam tak pernah mati. Suara Chrisye akan selalu terdengar di hati penikmat karyanya.