Kamis, September 08, 2011

GELAR?

Kenapa kitorang slalu sibuk sama gelar? Apa karna terlalu lama didjadjah? Atau barangkali pengen seperti radja-radja djaman behuela? Inilah Indonesia.

Barusan, ada partai gede di negeri ini dukung ibu negara dapat bintang mahaputra. “Apo dio nih?”tanja orang Palembang. Kitorang kudu tanja, kenapa doi dapat itu bintang? Punja djasa apo? Lebih baik itu bintang buat para pemulung jang berdjuang atasi sampah tiap hari. Kenapa Ibu negara dapat bintang? Apa karena Ibu negara itu istri dari Paduka Jang Mau-mulia Presiden? Sudah pasti ada dari kubu sok biru jang djilat agar Ibu Negara dapat itu bintang. Lebay sekali. Bikin geli djuga kelakukan elit negeri tempat kitorang numpang hidup ini.

Tjukup geli djuga, waktu kitorang denger Paduka Jang Mau-mulia ternjata punja gelar Doktor. Muke gile. Emang kapan doi kuliah? Apa pula doi punja djudul disertasi? Kalo badjakan alias bajar orang buat bikin, khan malu2in. Kitorang semua paham, serdadu sibuk slalu. Kapan doi bisa kuliah? Kalau Doktor Honoris Causa djuga lutju. Apa dia orang punja djasa. Kalo Nasution bisa dapet Doktor untuk sedjarah, itu kitorang bisa maklum karna doi nulis banjak buku soal sedjarah dan militer ini negeri. Walo Nasution djuga pake penulis hantu.

Di kampus saia dulu, ada seorang Doktor jang bukunja banjak Nauzubilleh. Lebih dari 100 sepertinja. Saia tidak peduli, bagaimana itu doktor bikin buku rasanja tidak perlu dibahas. Tapi saia lihat sesuatu jang lain. Doi nulis buku mungkin mau ngedjek dosen2 jang ogah nulis. Alias tara produktif. Tapi rasanja si Doktor ini tak digubris. Tetap sadja tidak banjak dosen jang menulis. Mereka tjuma pasang gelar mentereng. Muke gile djuga.

Gelar itu prestise. Punja gelar bikin kitorang dipandang. Dipandang sebagai orang heibat, bukan dipandang sebelah mata. Seolah ini orang2 Indonesia tara tahu djikalau punja gelar itu ada konsekuensinja. Kudu ada sumbangannya buat dunia keilmuan. Ibarat seorang empu, doi kudu bisa bikin keris. Sjukur itu keris bisa pengaruhi empu2 jang lain buat bikin keris lebih bagus lagi.

Indonesia makin banjak orang2 punja gelar. Kata Gubermen itu bagus. Tapi, orang2 bergelar itu tara bisa berbuat banjak. Bukan karna mrika itu bego. Ini karna Universiteit sebagai lembaga jang kasih mrika gelar tara beri pengetahuan memadai. Alias asal tjetak sadja itu sardjana2. Tara pikir mereka kudu diberi apa.

Djikalau ditanja ke dosen2, mrika pasti bilang sudah kasih materi terbaik. Tapi, apa pula materi terbaik itu. Rasanja, banjak mahasiswa diadjar buat djadi diktator. Djadi itu mahasiswa dikasih diktat. Nanti udjiannja dari diktat. Akhirnja itu mahasiswa malas membaca buku lain. Praktis kata mereka. Djidjiknja lagi mrika bilang ini realistis. Akhirnja mrika tjuma djadi orang jang kajak robot. Gak bisa bikin sesuatu jang baru. Kebanjakan makan diktat. Itu tjeritera dari saia orang punja kampus.

Untung sadja, banjak temen2 dekat saia tara bangga sama doi punja gelar. Prekk kata mrika kalo ngomong soal gelar mrika. Temen jang bertahun2 serumah dengan saia djuga kadang merasa gelarnja tara berguna. Doi bilang djuga apa jang doi peladjari di STM djauh lebih heibat daripada jang dipeladjari di Universiteit.

Universiteit begitu mengetjewakan. Entah di bekas kampus saia dan kampus lain. Asal bajar, asal mau djadi robotnja dosen diktator jang dojan kasih diktat dan gak andjurin muridnja batja buku, maka kitorang bisa lulus. Betapa enaknja kuliah djaman sekarang. Idjazah matjam sampah sadja. Asal ada uang gelar pun dapat. Djikalau ada universiteit besar jang kasih Radja Arab Doktor Honoris Causa untuk kemanusiaan, itu sangat gila sekali. Buat apa kasih radja jang kasih penggal banjak kepala orang tara berdosa. Radja jang biarkan ribuan orang miskin Indonesia tersiksa di Negeri tutunnja agama Islam. Radja Islam jang mendjidjikan.

Djadi Universiteit di ini negeri kajak Unisex sadja. (Istilah unisex saia pindjam dari kenalan). Tara beda Universiteit itu dengan tempat prostitusi. Tinggal bajar anda puas. Heibat djuga naluri bisnis orang Indonesia. Apa sadja bisa djadi duit. Djangankan barang, pendidikan pun boleh didjual. Dan djualannja laris manis pula. Kajak gula djawa bikinan nenek saia di kampung dulu.

Djikalau anda pengen heibat, anda bisa beli gelar. Dimana sadja. Dari universiteit gurem sampe jang kakap di negeri ini. Asal ada fulus kajak Radja Arab. Jah tinggal anda bertanja pada kantong anda, “wani piro?” (Niru iklan di TV).