Kamis, Juni 09, 2011

Jejak Rimbaud

6 MEI 2011, sore itu Stasiun sepi. Kereta lewat jika hari libur saja, kata petugas yang masih berjaga di stasiun bersejarah itu. Seorang dari jauh yang fasih soal sejarah Indonesia beritahu kami jika Stasiun Tuntang pernah disinggahi Jean Arthur Rimbaud,[1] penyair Perancis kesohor itu. Seorang sejarawan Perancis Bernhard Dorleans pernah menulis dalam artikelnya soal Rimbaud di Indonesia.[2] Sebuah tangsi Kompeni alias KNIL[3] pernah berdiri tidakjauh dari stasiun.

Rimbaud muda

Dari keterangan orang-orang yang kami temui, ada tiga rumah tua dekat stasiun itu dulunya tangsi kompeni itu. Tangsi ini sepertinya hanya kantor dan tempat tinggal beberapa serdadu dulunya.

Seperti ditulis Dorleans, Rimbaud mendaftar KNIL di Negeri Belanda. Dia melewati Haderwijk pastinya, got Eropa yang membuang manusia-manusia yang dianggap sampah-sampah Eropa itu.

Setelah mengalami perjalanan laut yang lama, Rimbaud tiba di HIndia Belanda. Dia lalu menuju Semarang. Dari Semarang Rimbaud naik kereta ke Tuntang. Dari Tuntang, Rimbaud jalan kaki ke Salatiga.

Salatiga sudah menjadi tempat latihan militer Belanda kala itu. Setelah Belanda angkat kaki dari Indonesia di kawasan sekitar Salatiga dan Ambarawa, masih banyak terdapat instalasi militer.[4] Menurut Ben Anderson dan sejarawan lain, Salatiga menjadi tempat latihan bagi serdadu KNIL asal Eropa yang baru dating ke HIndia Belanda.

Salatiga menjadi kota orientasi bagi serdadu Eropa untuk mengenal lama tropis nusantara. Tidak mudah bagi banyak serdadu Eropa untuk bisa menyesuaikan diri dengan iklim tropis Nusantara yang disebut Hindia oleh serdadu-serdadu Eropa itu.

Rimbaud mungkin termasuk yang tidak betah dengan iklim tropis. Selain masalah iklim ada juga serdadu Eropa yang tertipu dalam masalah kontrak. Kenyataan dan janji yang tidak sesuai itu tidak jarang membuat beberapa serdadu kecewa dan ingin kabur.

Kisah serdadu kecewa dan kabur itu, pernah ditulis dalam novel Desersi karya Paerlaer. Bekas perwira KNIL di Kalimantan. Rimbaud pun salah satu desertir yang layak jadi legenda prajurit desersi dalam dunia militer. Rimbaud bukan satu-satunya yang desersi, mungkin karena nama besar Rimbaud di dunia sastra.

Kisah Rimbaud yang kabur dari Salatiga jelas absurd. Dia baru seminggu di Salatiga. Dan Selama beberapa bulan Rimbaud menghilang. Rimbaud kemudian muncul lagi di Eropa.

Rimbuad tampak terobsesi dengan petualangan. Hal yang membuatnya masuk KNIL. Sebuah unit militer yang mirip Legion Estranger (Legiun Asing Perancis) yang anggotanya disebut Legiuner. Dimana orang dari bermacam bangsa bisa bertempur untuk kerajaan. Bedanya, KNIL tidak perlu nama samaran seperti para calon Legioner.

Sayangnya, Rimbaud tidak terlalu tahan menderita. Jika mau bersabar, dia akan nikmati indahnya nusantara. Seorang serdadu kompeni alias KNIL lebih banyak berpindah-pindah daripada TNI. Seorang serdadu kompeni akan berkali-kali jelajahi nusantara yang luas dan banyak pulau.

Rimbaud pasti akan rasakan ganasnya rimba belantara Kalimantan, atau indahnya alam Indonesia lain. Bisa jadi juga Rimbaud akan mati membela Ratu Belanda karena kena peluru atau kelewang pemberontak..

Ada pertanyaan konyol di kepala kami. Kemana Rimbaud berlari begitu dia menghilang dari Salatiga? Apa mungkin dia menikmati terlebih dahulu Rawa Pening. Lalu sekedar mampir ke Bandungan, yang punya image sebagai “Surga Laki-laki”. Dimana banyak serdadu KNIL biasa kesana. Rimbaud mungkin akan hindari tempat ini, karena banyak serdadu KNIL Ngamar di Bandungan.

Catatan Akhir:

[1] Rimbaud adalah penyair Perancis yang cemerlang. Di usia 15 tahun dia menulis syair-syair hebat. Kemudian dia jalani kehidupannya yang liar dan penuh petualangannya. Terlahir di Charleville, 20 Oktober 1854 dan wafat 10 November 1891.

[2] Kisah Rimbaud di Salatiga sebagai serdadu KNIL selama seminggu itu pernah ditulis Bernhard Dorleans dalam bukunya Les Francais et l’Indonesie due XVIe au Xxe siecle, yang dialih bahasakan Parakirti Simbolon dkk dalam bahasa Indonesia menjadi Orang Indonesia Dan Orang Prancis: Dari Abda XVI Sampai Dengan Abad XX, terbitin KPG Jakarta 2006. Saya mengutip banyak darinya ketika menulis buku KNIL (Koninklijk Nederlandsche Indische Leger): Bom Waktu Tinggalan Belanda.

[3] KNIL: Koninklijk Nederlandsche Indische Leger (Tentara Kerajaan Hindia Belanda). Militer Hindia Belanda yang sebagian besar anggotanya adalah orang-orang Indonesia dan sekelompokcampuran dari bangsa-bangsa lain termasuk Belanda.

[4] Di Jawa Tengah, ada beberapa kota yang ditempati instalasi militer. Seperti Gombong, Magelang, Salatiga, Ambarawa dan Semarang. Kita bisa menyebut kota-kota tadi sebagai kota tangsi.