Rabu, September 15, 2010

Muhamad Husni Thamrin: Dari Betawi Untuk Indonesia


Adalah Muhamad Husni Thamrin. Tokoh elit Betawi zaman kolonial yang memiliki kepedulian besar pada Jakarta. Pada penduduknya, pada lingkungannya, juga pada banjirnya yang datang tiap musim hujan. Tidak hanya pada Jakarta, Thamarin juga berjuang untuk Indonesia dan rakyatnya, yang kala itu disebut Inlander oleh kaum muka pucat.

Perjuangan Thmarin bukan tanpa resiko. Sudah pasti, keberpihakan pada kaum pribumi, yang umumnya, miskin akan berakibat adanya permusuhan atas dirinya dari kalangan penguasa. Kematian, menyisakan banyak kecurigaan. Thamrin meninggal dalam penahanan di rumahnya. Ketika itu Thamrin dalam kondisi sakit. Sebelum sakit, ditahan dan meninggal, Thamrin dicurigai memiliki hubungan dekat dengan orang-orang Jepang yang diam-diam memusuhi pemerintah kolonial, sebelum Jepang mendarat dan mengalahkan Hindia Belanda di tahun 1942.

Terlahir sebagai anak dari keluarga berada, Thamrin sempat menikmati bangku sekolahan. Namun, Thamrin tidak sempat meluluskan sekolahnya di KW III—sebuah sekolah menengah yang hanya bisa dinikmati segelintir orang pribumi—dengan alasan ingin bekerja. Pergaulannya ketika dewasa dengan kaum intelektual yang kritis terhadap pemerintah mendorong Thamrin untuk menjadi anggota Gemeenteraad (Dewan Kota) maupun Volksraad (Dewan Rakyat).

Muda dan Bergerak

Pertemuan Thamrin dengan Daan van der Zee di KPM, tempat Thamrin pernah bekerja, lalu berlanjut dengan perbincangan di rumah van der Zee adalah peristiwa penting yang menntukan jalan hidup Thamrin muda. Dua tokoh yang saling mengagumi ini akhirnya bekerja sama memeperbaiki kondisi kampung-kampung Betawi Batavia yang tidak tersentuh oleh pemerintah kolonial.

Thamrin telah masuk dalam kehidupan politik sejak dini. Setidaknya setelah dia berkawan dengan Daan van der Zee, sekretaris Gemeenteraad Batavia. Pergaulannya dengan kaum Intelektual Belanda yang peduli dengan kondisi Hindia saat itu adalah salah satu pendorong Thamrin untuk duduk dalam kursi Gemeenteraad maupun Volksraad. Diusianya yang ke-25 tahun Thamrin sudah terlibat dalam pembangunan kota Batavia dengan duduk sebagai anggota Gemeenteraad. Sebagai anggota dewan rakyat Thamrin selau berada dibelakang kepentingan rakyat.

Lingkup perjuangan Thamrin semakin luas ketika dia masuk Volksraad. Thamrin tidak hanya membela rakyat Betawi tetapi seluruh masyarakat Hindia yang menderita karena tekanan Pemerintah kolonial. Pergulatannya membela rakyat tertindas kemudian mengantarkannya terlibat dalam dunia pergerakan nasional. Kasus besar yang menjadi kemenangan Thamrin selama duduk di Volksraad adalah Poenale Sanctie yang kemudian dihapuskan menyengsarakan para kuli kontrak di Sumatra.

Thamrin terkenal solidaritas yang tinggi dengan sesama kaum pergerakan. Setidaknya Thamrin pernah membantu perjuangan Soekarno yang gerakanya dipangkas pemerintah kolonial. Thamrin dengan kapasitasnya sebagai Volksraad kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda pernah mengajukan pemindahan Soekarno ke tempat yang lebih baik dalam hukuman pembuangannya.

Ketika sekolah swasta milik kaum pergerakan ditekan oleh Wilde Schoolen Ordonantie (ordonansi sekolah liar), Thamrin juga memberikan pembelaannya terhadap sekolah swasta tanpa subsidi pemerintah dengan menentang kebijakan pemerintah kolonial itu. Thamrin juga memperjuangkan hal-hal yang sangat tidak disetujui pemerintah kolonial seperti masalah pengunaan bahasa Indonesia, merubah nama Hindia Belanda menjadi Indonesia. Bahkan menuntut diadakannya parlemen di Hindia Belanda.

Thamrin juga konsisten dengan perjuangannya. Dia berkali-kali berusaha menyatukan seluruh unsur pergerakan dalam satu wadah baik yang koperatif maupun non koperatif. Hal ini sangat sulit karena sering terjadi konflik antar golongan ditubuh federasi organisasi pergerakan (PPPKI) yang dia bentuk. Sebagai manusia Thamrin tidak lepas dari kegagalan dan hujatan.

Sebagai anggota Volksraad beberapa tuntutannya banyak yang tidak bisa dipenuhi oleh pemerintah. Tuntutan terbesar Thamrin terhadap pemerintah adalah diadakannya sebuah parlemen bagi Hindia Belanda yang mulai diajukan sejak petisi Soetardjo. Tuntutan ini sebenarnya akan membawa perubahan susunan pemerintahan di Hindia Belanda dalam kurun waktu selama sepuluh tahun. Thamrin juga memperjuangkan pengunaan bahasa Indonesia di Volksraad dan mengajukan perubahan nama Hindia Belanda menjadi Indonesia. Tentu saja permintaan itu ditolak pemerintah kolonial.

Dalam dunia pergerakan Thamrin juga pernah dihujat bahkan digolongkan sebagai Kaoem Senang oleh sesama orang pergerakan dari Gerindo. Biasanya Thamrin akan menanggapinya biasa saja. Dia hanya akan beraksi luar biasa didalam sidang Volksraad. Thamrin selalu menyimpan energinya untuk perjuangan di Volksraad. Dari bebberapa sumber tentang dirinya dapat ditarik kesimpulan bahwa Thamrin tidak pernah lepaskan energinya untuk berdebadat habis-habisan denga sesama tokoh pergerakan.

Ketika tokoh pergerakan lain berjalan sendiri dalam pergerakan maka Thamrin berusaha mempersatukan semua golongan dalam dunia pergerakan dalam sebuah federasi untuk malakukan aksi bersama menuntut sebuah perubahan dalam susunan pemerintahan di Hindia Belanda. Jadi Thamrin bukan tokoh pergerakan biasa, dirinya bahkan telah menampilkan diri sebagai pemimpin besar dalam pergerakan nasional Indonesia. Setidaknya Thamrin telah dua kali menyatukan kaum pergerakan dalam satu wadah. PPPKI adalah yang pertama dan Gapi adalah yang kedua dan terus berjalan setelah Thamrin wafat. Kepada kemajuan kota Batavia, Thamrin telah memberikan dedakasinya dalam memperbaiki kampung dan menanggulangi banjir. Sayangnya apa yang diperjuangkan Thamrin itu belam tercapai sampai sekarang. Kaum miskin kota di Batavia juga telah diperjuangkan kemudahan hidupnya oleh Thamrin dan ini juga belum terpenuhi sampai sekarang. Banyak yang menjadi cita-cita Thamrin yang belum terpenuhi sampai sekarang.

Dibawah Cengkraman Hindia Belanda

Dimata pemerintah kolonial, pada awalnya Thamrin adalah tokoh yang tenang, lama kelamaan apalagi setelah PNI di tindak pemerintah kolonial pada tahun 1929, Thamrin mulai bersikap keras terhadap pemerintah. Lama kelamaan Thamrin semakin dianggap berbahaya saja dimata pemerintah kolonial. Pemerintah kolonial kemudian memgunakan sebuah dokumen untuk menjebak Thamrin. Karenanya Thamrin dikenai tahanan rumah dan meninggal dalam tahanan. Kepergiannya diantar oleh 20.000 orang yang setia kepada cita-cita pergerakan. Thamrin pergi tanpa pernah mengerti bagaimana Indonesia yang dia perjuangkan sekarang ini. Terbukti tidak pernah ada anggota parlemen Indonesia yang mampu mengikuti jejaknya dengan baik. Selama ini anggota parlemen Indonesia hanya mengurus dirinya sendiri dan tidak peduli dengan kepentingan rakyat. Mereka tidak pernah mau tahu di zaman kolonial dulu Husni Thamrin adalah pembela kepentingan rakyat yang gigih.

Thamrin telah menampilkan diri sebagai anggota dewan yang konsisten membela rakyat (di Volksraad maupun Gemeenteraad), tokoh pergerakan yang menuntut sebuah perubahan radikal dalam susunan pemerintahan di Hindia Belanda, tokoh pergerakan yang berusaha menyatukan kaum pergerakan dalam satu wadah untuk menuntut perubahan di tanah Hindia. Thamrin dan pendukungnya menginginkan sebuah parlemen bagi Indonesia. Hal yang paling sering dilupakan orang adalah perjuangan Thamrin yang didukung Parindra-nya dalam merubah nama Hindia Belanda menjadi Indonesia dan Inlander menjadi Indonsische. Dengan begitu Thamrin telah berusaha mempertinggi derajat rakyat pribumi yang direndahkan dengan sebutan Inlander menjadi orang Indonesia yang merdeka.

Masalah banjir di Jakarta, juga menjadi salah masalah yang dihadapi Thamrin sejak muda. Begitu juga masalah lingkungan pada perkampungan rakyat di sekitar kota Jakarta. Thamrin adalah salah satu tokoh penting Jakarta yang memiliki kepedulian besar pada Jakarta. Meski sistem di Hindia Belanda yang dianggap tidak berpihak pada rakyat kecil, Thamrin sebenarnya bisa berusaha memperjuangkan rakyat kecil.

Harusnya, Thmarin adalah teladan bagi anggota parlemen yang kini dijuluki wakil rakyat. Banyak orang melihat bahwa wakilakyat masa kini lebih banyak disibukan dengan urusan pribadinya daripada urusan rakyat kecil. Dalam keterbatasan, Thamrin bisa melakukannya, namun tidak banyak wakil rakyat yang mau seperti Husni Thmarin.