Rabu, Januari 16, 2008

Bang Ben Ngerock

Siapa tidak kenal Benyamin Suaeb? Anak muda sekarang, mungkin hanya mengenalnya sebagai pelawak dari film-film komedi Benyamin yang diproduksi dekade 1970an, yang sering diputar televisi swasta di era redupnya film nasional Indonesia dekade 1990an silam. Banyak yang kurang mengenal sebagai musisi rock pada zamannya. Orang lebih mengenal Benyamin sebagai musisi tradisional dengan gambang kromong Betawi-nya. Benyamin memang menjadi legenda dunia hiburan dan panggung komedi Indonesia. Dia juga telah menjadi inspirasi, setidaknya panutan, bagi beberapa seniman muda Indonesia. Kiprah Benyamin sebagai musisi rock n roll pada paruh kedua dekade 1960an seperti terlupakan, padahal lagu 'Kompor Bledug' terbilang dasyat sebelum God Bless dan raksasa rock tanah air lainnya muncul dalam kanca musik rock Indonesia.

Wajah Benyamin kerap hiasi layar kaca Indonesia tahun 1970an. FIlm Benyamin umumnya adalah genre komedi. Film Benyamin mendapat tanggapan positif publik. Film "Intan Berduri" yang dibintanginya mendapatkan piala Citra pada 1978. Benyamin juga pernah memerankan tokoh Doel dalah "Si Doel Anak Modern" bersama rocker legendaris Ahmad Albar.

Benyamin juga pernah merintis karir sebagai musisi sebelum terjun ke dunai film pada dekade 1970an. Benyamin pernah memainkan Gambang Kromong hingga rock n roll. Di dunia musik Benyamin cukup cemerlang. Sebagai musisi rock Benyamin bisa dibilang sukses. Selama orde lama berkuasa, tidak akan ada Beatles, Bee Gees, Everly Brother dan musik lainnya.

Ketika musik rock dilarang pada dekade 1960an, Benyamin seolah melawan meanstream politik yang ada. Sukarno melarang lagu barat yang 'Ngak Ngik Ngok' seperti rock n roll. Orang orde lama bilang musik rock adalah musik setan. Seperti juga Koes Bersaudara, benyamin juga pernah merasakan bui karena ideologi musiknya yang nekad membawakan lagu barat.

Lagu rock n roll paling sukses dipasaran yang dibawakan Benyamin adalah "Kompor Bledug". Lagu ini keluar dipasaran setelah musim anti rock n roll baru saja berlalu. Arransemen lagu ini bisa dibilang Ngerock pada tahun perilisannya, dengan iringan organ dan sound drum yang unik. Mungkin saja arransemen lagu ini tergolong mutakhir pada zamannya. Tentu saja arransemen lagu ini dipengaruhi langsung musik rock n roll dari luar. Lagu ini seperti judulnya juga meledak di pasaran.

Lagu "Kompor Bledug" memiliki persamaan, walau tidak 100%, dengan lagu-lagu rock n roll yang diusung Naif selama beberapa tahun terakhir ini. Naif bahkan pernah bermimpi untuk berkolaborasi dengan Benyamin, namun Benyamin keburu meninggal. Mereka memiliki kecocokan, 'retro banget'.

Benyamin Sueb (1939 - 1995) lahir di Kemayoran, 5 Maret 1939. Benyamin Sueb memang sosok panutan. Kesuksesan di dunia musik dan film membuat namanya semakin melambung. Benyamin telah menghasilkan 75 album musik dan 53 judul film yang ia bintangi adalah bukti keseriusannya di bidang hiburan tersebut. Perhatian Benyamin pada Gambang Kromong, secara tidak langsung, mentasbihkannya sebagai tokoh kesenian Betawi.



Nagabonar: Satu dari banyak Jenderal Batak

Pencopet jadi Jenderal? Rasanya itu cerita film Nagabonar yang digarap Asrul Sani tahun 1986. Nagabonar, mantan copet itu jadi jenderal, "Apa kata dunia?". Bagaimana mungkin, kapan dia lulus akademi militer, atau sudah berapa lama dia jadi serdadu hingga berani dia jadi Jenderal. Zaman revolusi adalah masa-masa penuh kekacauan. Apa saja juga bisa terjadi. Nyatanya Nagabonar pun jadi Jenderal. Anggap saja Nagabonar Jenderal yang diangkat oleh kekacauan zaman revolusi itu, seperti kata beberapa tulisan lain. Nagabonar menjadi kisah fiktif yang menarik. Semacam roman historis yang kocak dan memberikan gambaran pada kita betapa kacaunya negeri ini dimana sebuah negara baru harus lahir dimasa kekacauan ini. Nagabonar juga satu dari sekian pelaku dimasa yang kacau itu.

Tanah Batak punya banyak Jenderal. Buku sejarah nasional Indonesia pasti menulis nama Abdul Haris Nasution dan Tahi Bonar Simatupang. Keduanya termasuk pembangun Tentara Nasional Indonesia. Nama mereka akanselalu diingat dalam sejarah militer Indonesia. Masih ada lagi, Donald Izacus Panjaitan yang gugur sebagai pahlawan Revolusi. Di Balige, tempat kelahiran D.I. Panjaitan, patung jenderal ini berdiri tegak dijalan penting antar kota dalam provinsi Sumatra Utara.

Masih ada Jenderal-jenderal Batak lain di negeri ini. Entah apa tanggapan orang Batak yang bukan serdadu pada saudara setanah Batak mereka yang menjadi Jenderal. batak tidak termasuk suku penyumbang pemudanya dalam kemiliteran zaman kolonial. Hanya sedikit pemuda Batak yang menjadi serdadu KNIL.

Mengapa orang Batak punya banyak Jenderal. Sebagai daerah yang menjadi lahan pergerakan Zending pasca berakhirnya perang Sisingamangaraja XII, banyak sekolah model barat yang dikelola oleh Zending berdiri. Pendidikan model barat ini banyak dinikmati oleh sebagian orang-orang Batak khususnya orang-orang terpandang disana.

Majunya pendidikan modern di tanah Batak, walau tidak dirasakan semua orang Batak, memungkinkan beberapa pemuda Batak memperoleh ijazah MULO (Meer Uitgebrijd Leger Onderwijs: setingkat SMP sekarang). Bahkan ada yang AMS (Algemene Middelsbare School: setingkat SMU). Ijazah setara AMS merupakan akses untuk menjadi calon perwira seperti A.H. Nasution dan T.B. Simatupang. Mereka menjadi segelintir pemuda pribumi yang dididik sebagai kadet KMA (Koninlijk Militaire Academie: Akademi Militer Kerajaan)di Bandung.

Kedua kadet Batak tadi tergolong orang Batak yang pertama-tama menjadi Jenderal dalam dinas militer reguler TNI. Jumlah itu tentunya semakin bertambah. Tanpa bermaksud mengolok, apalagi menghina, tanah Batak juga memiliki Jenderal unik. Jenderal dadakan semasa revolusi kemerdekaan. Nama Jenderal ini adalah Timur Pane. Sebelum revolusi, jenderal ini pernah berprofesi sebagai pencopet.

Pencopet jadi jenderal? kita akan ingat nama Nagabonar. Film yang dibuat oleh Asrul Sani yang kemudian sekuelnya digarap oleh Deddy Mizwar. Deddy Mizwar masih memegang kuat karakter Nagabonar. Tetap jago mencopet, keras, kocak dan tulus. Bedanya kali ini Nagabonar sudah tua. Darimana Asrul Sani dapat ilham Nagabonar-nya. Bisa jadi Timur Pane adalah ilham itu, seperti pernah ditulis Aboebakar Loebis dalam biografinya tentang kunjungannya ke Sumatra Utara semasa Revolusi kemerdekaan sebagai utusan pemerintah pusat jakarta.

Saat itu, zaman revolusi Indonesia sedang bergolak, Aboebakar Loebis mendengar ada seorang mantan copet bernama Timur Pane yang menjadi pejuang yang bergerak melawan Pasukan Militer Belanda di tanah Batak, Sumatra Utara. Pejuang bekas pencopet ini, memiliki banyak pasukan, mengangkat dirinya sebagai Jenderal Mayor. Tentu saja pengangkatan Timur Pane sebagai Jenderal itu tidak sesuai dengan instruksi militer pusat di Jawa.

Apapun yang dilakukan Timur Pane, termasuk mengangkat diri sebagai Jenderal, pastinya juga ada jasa dia dalam mempertahankan tanah Batak dari pendudukan militer Belanda dimasa revolusi. Tidak diketahui nasib Timur Pane setelah revolusi. Namanya hilang setelah militer Belanda angkat kaki dari tanah Batak dan kepulauan Nusantara ini.

"Apa kata dunia?" nama jenderal copet itu terlupakan juga. Tenang saja, setidaknya ada jenderal Batak lain, 'jenderal beneran' pake bintang di pundak dan naik mobil, bukan jenderal copet yang naik kuda atau menggendong emaknya seperti di film Nagabonar.



Sejarahku Jangan Kau Paksa Dengan Sejarahmu

Di sekolah sejarah seperti menjadi kitab keramat yang membosankan. Terserah orang bilang sejarah membosankan dan tidak berguna. Ada dua kemungkinan alasan mereka berkata begitu, pertama mereka bodoh dan kedua mereka bukan manusia. Umumnya orang berpikir manusia tidak menyejarah, padahal manusia itu hidup dilingkupi sejarah. Tanpa manusia tidak akan ada sejarah dunia.

Tidak ada Manusia hidup tanpa sejarah. Hanya orang orang bodoh yang tidak setuju pernyataan tadi. Orang selalu terjebak bahwa sejarah sebagai hapalan memuakan dan membosankan di sekolah. padahal sejarah itu apa saja yang dialami kita semua dalam hidup. Termasuk apa yang kita lakukan beberapa menit yang lalu. Belajar sejarah tidak harus menghapal tanggal peristiwa besar, sebab sejarah mencakup semua, termasuk sejarah kecil yang unik.

Sejarah dalam pembelajarannya di Indonesia telah dihancurkan begitu rupa. Dimana para siswa selalu dijebak dengan sejarah elitis.Hal ini semakin menjauhkan siswa dari kehidupan riilnya. Hanya ada Jenderal Sudirman, Sukarno, Suharto atau tokoh nasional siapalah.

Sejarah sebagai ilmu humanis tidak pernah dipaku untuk hanya mengkaji hal besar. Banyak hal kecil yang sebenarnya mempengaruhi kehidupan manusia. Belajar sejarah sebenarnya berusaha membuat manusia menjadi arif, bukan sekedar menjadi hapal semua hal yang ada di buku sejarah. Apalagi yang ada di buku sejarah milik penguasa.

Menjadi bijak tidak perlu belajar dari tokoh besar semata. Belajar dari tuykang becak pun bisa membuat kita menjadi manusia humanis, yang juga memiliki kearifan. Ini lebih baik dibandingkan dengan belajar dari tokoh besar yang diagungkan, dimana banyak hal disekitar tokoh itu dimanipulasi. Artinya tokoh besar lenbih banyak dilingkupi kebohongan sejarah. Sudah waktunya pembelajaran sejarah Indonesia keluar dari meanstream sejarah orang besar. Sudah waktunya menilik sejarah kecil. Bukan lagi menghafal yang ditekankan dikelas, melainkan menangkap sisi yang manusiawi dari sejarah, peristiwanya, tokohnya dan apa saja yang melingkupinya.

Pembelajaran sejarah yang ada juga tidak jarang mematikan kreasi siswa. Sudah waktunya siswa memiliki sejarahnya sendiri. Biarkan anak tukang becak memahami sejarah tukang becak, atau sejarah apapun yang ingin dikajinya dan jangan pernah memaksakan padanya sesuatu yang sudah dikultuskan oleh otoritas penguasa yang selalu menjadikan sejarah sebagai alat. Ingat hidup adalah memilih. Siswa yang tidak mendapat nilai bagus di kelas bukanlah manusia yang buruk.

Mempertahankan apa yang terjadi diruang kelas saat ini akan membuat siswa seperti robot. Tujuan pendidikan untuk memanusiakan manusia dipastikan gagal dimasa depan. Jangan bertanya bila suatu hari nanti siswa-siswa akan berkata "We Don't need no education!"