Senin, Mei 23, 2011

Freedom of Rhapsodia van Bandung


Lagu-lagu rekaman mereka cukup cengeng juga. Tapi musik mereka jelas cukup kaya bagi band Indonesia di zamnnya. Procol Harum begitu mempengaruhi mereka.


MUNGKIN band asal Bandung ini tidak sepopuler raksasa rock Indonesia macam God Bless atau AKA. Soal aksi panggung, band ini tidak mengecewakan juga. Meski lagu-lagu di album mereka tampak cengeng, kata beberapa orang, mereka cukup asyik di panggung. Mereka biasa bawakan lagi-lagu dari band mancanegara. Seperti Uriah Heep, Deep Purple, Santana, atau legenda musik di zaman itu. Merekalah Freedom of Rhapsodia. Satu dari sekian band yang layak jadi legenda musik Indonesia juga.
Bermula dari Rhapsodia yang sudah punya pamor dan order manggung yang cukup padat. Utte Thahir bergabung disini sebelum Freedom of Rhapsodia. Band Rhapsodia kemudian bubar karena masalah internal. Deddy Dores lalu bergabung. Disusul kemudian personil lain yang punya peran dalam album rekaman pertama mereka.. Seperti J Sarwono pada keyboard, Kiki drum, Soleh Sugiarto yang pandai bermain gitar dan perkusi, Dave Tuhuley yang bisa bermain gitar dan saxsofon atau flute sesekali.
Beberapa personil di Freedom of Rhapsodia bisa bernyanyi. Mereka seolah tidak punya penyanyi tunggal seperti band-band pop pada umumnya. Formasi ini, konon adalah formasi solid mereka.
Band ini pernah mengalami kevakkuman yang cukup lama. Para pesonil sibuk dengan dunianya masing-masing. Ada yang terus bermusik seperti Deddy Dorres. Ada juga yang berpolitik dan pernah jadi anggota parlemen. Bukan terkesan egois sebenarnya. Mereka bikin album dalam band ketika masih muda. Dan ketika masa muda habis mereka mulai jalan sendiri. Hingga band vakkum. Terkesan mereka tidak serius main band. Tapi setidaknya mereka sudah membuat lagu-lagu penting di jamannya.
Masa muda adalah masa eksplorasi bagi beberapa orang. Wajar bila masa itu berakhir karena energi eksplorasi itu terkuras ketika muda. Setiap orang punya pilihan untuk terus bermain band atau melakukan hal lain. Banyak band hebat berumur singkat dalam sejarah musik di jagat ini. Ada juga band yang muncul tenggelam. Freedom of Rhapsodia salah satunya. Dan setelah berjaya band ini tenggelam lama. Tapi tetap saja lagu hebat mereka selalu dikenang.


Hilangnya Seorang Gadis

Tahun 1972 adalah tahun penting dalam sejarah Freedom of Rhapsodia. Mereka merekam album volume 1 mereka. Purnama record menjadi lebel yang menaungi mereka kala itu.
Hilangnya Seorang Gadis ciptaan J Sarwono jadi hits andalan mereka. Lagu legendaris ini termasuk lagu penting dalam sejarah musik Indonesia. Sayangnya, lagu ini terkesan menenggelamkan lagu-lagu lain garapan mereka. Begitu juga dalam album-album selanjutnya. Orang-orang dimasa kini, mungkin hanya tahu Hilangnya Seorang Gadis saja. Mereka tidak tahu lagu-lagu lain dari Freedom of Rhapsodia. Bahkan mungkin generasi sekarang tidak tahu bahwa pernah ada Band bernama Freedoom of Rhapsodia.
Bahkan ada anggapan salah tentang lagu Hilangnya Seorang Gadis. Lagu itu dianggap milik Deddy Dores. Seolah Deddy Dores lah mencipta lagu itu. Deddy tak pernah mengakui itu sebagai karyanya, walau Deddy sering menyanyikannya. Memang, banyak lagu ciptaan Deddy Dores agak mirip coraknya dengan Hilangnya Seorang Gadis.

Mirip Procol Harum

Nasib lagu Hilangnya Seorang Gadis, agak mirip A Whiter Shade of Pale milik Procol Harum yang legendaris itu. Sama-sama menenggelamkan lagu-lagu Procol Harum lainnya. Meski begitu, Procol Harum punya lagu lain yang cukup bagus. Sayangnya, penikmat musik pada umumnya lebih terkesan dan mungkin hanya terkesan pada A Whiter Shade of Pale. Begitulah nasib band pengusuk psycedelict rock. Hanya penikmat fanatic yang bias nikmati lagu-lagu diluar hits yang sering diputar di media.
Freedom of Rhapsodia tampak bernasib sama. Dalam hal lagu Hilangnya Seorang Gadis salah satunya. Jika mendengar musiknya, Freedom of Rhapsodia, nampaknya terpengaruh oleh Procol Harum. Freedom of Rhapsodia juga pernah memainkan irama klasik Air on G String milik Johan Sebastian Bach dengan organ dalam lagu Apakah Dosaku dalam mereka di tahun 1974, Tak Pernah bahagia.
Lagu-lagu mereka selalu dilapisi suara organ yang menjadi ciri khas tahun 1970an. Meski terpengaruh oleh Procol Harum, Freedom of Rhapsodia tetap menjadi diri mereka. Setidaknya, mereka tidak se-psycedelict Procol Harum dalam hal lirik. Lirik-lirik lagu Freedom of Rhapsodia lebih bisa dicerna banyak penikmat musik pop yang lebih suka instant.