Jumat, November 23, 2012

Che ke Indonesia?

Kami tak pernah diberitahu kalau Che Guevara pernah kemari. Sekarang kami tahu jawabnya kenapa tak diberitahu.

CHE GUEVARA, pertama kali tahu nama itu saya masih SMP. Saya tak tahu pasti soal tokoh ini. Tak sekali pun saya temukan bacaannya di kota kami. Maklum Che bukan siapa-siapa di kota kami. Tak penting Che punya arti bagi mereka atau tidak. Yang pasti nama Che yang bisa bikin revolusi itu kemudian penting.

Bukan untuk kekacauan, sekedar bermimpi untuk kehidupan yang lebih saja paling tidak.
Kejatuhan Suharto—rezim yang menipu generasi muda seusiaku—menyadarkanku untuk tidak mempercayai siapapun. Che jadi teman di masa remajaku yang galau. Indonesia dan sejarahnya memang membuat saya merasa galau akan banyak hal.


Waktu SMA, saya pernah tempel gamabar musisi yang pakai kaus Che Guevara. Sialnya, kawan SMA yang kebanyakan sinis dengan mencopot gambar itu tanpa logika yang jelas. Maklum anak SMA biasanya sok benar dan susah terima perbedaan. Mungkin kawan sama yang bernama dian itu antek ore baru juga
Saya makin kenal Guevara waktu buka Ensiklopedi, tentu yang berbahasa Indonesia. Ternyata, si Che anak orang kaya; lulusan fakultas kedokteran dan memilih jadi aktivis. Waktu kuliah, uang hasil jaga parkir saya belikan buku Motorcycle Diary—yang bahasa Indonesia tentunya. Hebat di usia 23 tahun, Che keliling Amerika Latin. Di usia itu saya cuma bisa ke Nias saja.


Hal yang mengejutkan saya adalah, Che pernah ke Indonesia (1959). Saya jadi makin yakin orde baru betul-betul berengsek. Suharto yang mirip Batista pasti takut pada orang macam Che. Mereka merahasiakan persahabatan sejati Che dengan Indonesia. Che bukan Amerika yang terlalu banyak kepentingan dengan Indonesia. Seperti pernah pada bilang keGreat Master,[1] “tak ada yang gratis.”
Che sahabat Sukarno. Bahkan Che sendiri merasa belajar dari Sukarno. Rezim penipu melarang semua hal berbau komunisme. Syukurlah mereka tak cekal novel Cintaku di Kampus Biru. Dimana Anton Rorimpandey sang playboy dalam novel pengagum Che Guevara. Dan, dalam filmnya  sosok Che tak saya temukan. Dasar rezim.


Che pernah ke Indonesia. Che juga pernah kunjungi Borobudur. Luar biasa. Kehebatan Borobudur bagi saya bukan karena megahnya candi itu, tapi karena Che pernah kesana. Salah satu ‘kebetulan’ yang saya sukai adalah, tanggal lahir Che, 14 Juni mirip dengan tanggal lahir adik saya.
Bagi saya, Che bukan milik kaum komunis revolusioner semata. Che milik  orang-orang yang ingin perubahan dan bebas dari tekanan. Bukan ideologinya, tapi semangatnya yang harus kita ambil. Itulah yang harus diambil dari Che. Tentang keyakinan akan perjuangannya membebaskan Kuba dari tekanan Batista. Sayang, saya lahir jauh setelah Amerika membunuhnya memakai tangan serdadu Bolivia, jadi saya tak pernah ketemu Che. Salam untukmu Che di Sana. Damailah slalu, kami bersamamu.

[1] Guru yang luar biasa hebat. (Saya pinjam istilah ini dari  Faizal “Otan” Raptautan, murid saya di Palembang dulu). 

Java Bier

Waktu saya buka, majalah Trompet edisi tahun 1939 dan 1940, saya temukan iklan Java Bier. Cukup lucu dan menarik juga.

Iklan Javabier yang menggambarkan pria sehat dan kekar. Dalam iklan tertulis: "Badannja seperti Tarzan."

Lebih lanjut ada tulisan: “Waktoe diperiksa badan, nomor satoe di lihat siapa jang mempoenjai badan koeat dan tegap. Orang2 lelaki jang mempunjai dadah lebar dan tangan koeat ala jang paling disoeka. Orang2 jang begitoe koeat dan di kagoemi minoem selamanja JAVABIER.


Iklan Javabier dengan gambar Dokter Jawa bernama Soerono (yang memakai blangkon) dan pasien anak. Tertulis kalimat pujian buat si dokter: "Ia membikin semboeh orang2 sakit."

Lebih lanjut ditulis: Dr Soerono terkenal di sekitarnja karena ia beloem pernah gagal mengobati orang. Orang2 sakit jang minta pertoeloengan kepadanja, boleh pastikan jang ia orang akan dapatkan poela kembali kesehatannja. Dr Soerono selaloe banjak pekerdjaan seringkali diwaktoe malam ia moesti pergi. Tetapi selamanja ia tinggal tegap dan goembira, ia tida mengenal tjape. Dr Soerono djoega taoe apa jang ia moesti dapat sesoedah mengoeroeskan orang soesah bersalin atau habis membikin operatie bedah dengan kesoedahan  menjenangkan, maka ia selaloe minoem Javabier. Sebab ini banjak sekali oentoek badan dan djalannja darah.

Iklan Javabier dengan gambar pemadam kebakaran (Brandweer). Dalam iklannya tertulis: Paling dimoeka memadamkan kebakaran.


Terdapat narasi iklan yang bunyinya: Djika di kasih tanda ada kebakaran, selamanja Tahulangi paling doeloe melakoekan kewajibannja. Pekerdjaan paling berbahaja, selaloe di serahkan kepadanja. Dengan tida merasa takoet naik tangga kebakaran dengan pompanja  dan tida takoet api itoe berkobar kian kemari. Dimana sadja dia datang, api itoe tjepat di bikin padam. Tida heran jang ia beloem selang lama di naikan pangkatnja. Dan djika Tahulangi poelang dengan pakaian kotor dan basah - maka istrinja tahoe apa orang jang segagah moesti dapat – satoe gelas Java-Bier. Istrinja tahoe bahoea dengan minoem Java-Bier soeaminja dapat tambah tenaga.


Iklan Javabier dengan gambar pemburu. Terdapat kalimat pujian untuk si pemburu: “Tembakannja beloem pernah gagal.”

Lebih lanjut ditulis: “Dengan berani Kadiman, satoe pemboeroe memasoeki hoetan2 lebat dengan membawa senapannja, tida takoet kepada bahaja jang datang dari segala pendjoeroe. Dan djika dikasih taoe ada matjan ia lantas ia lantas pergi melihatnja. Dengan ia poenja mata jang tadjam, lantas ia dapat katemoekan itoe matjan dan tembak mati itoe binatang dengan beberapa tembakan djitoe. Kadiman adalah orang jang paling gagah di sekitar tempatnja….. Sesoeatoe orang kagoemkan ia. Dan djika Toean tanja kepadanja kenapa ia begitoe gagah, maka ia  djawab: Tidoer siang2 dan bangoen pagi2 dan sering minoem Java-Bier.


Di semua iklan Javabier yang saya lihat,  terdapat lagi tulisan: Orang tegap dan koeat minum: Java Bier.

Kamis, November 22, 2012

Soldaat KNIL di Balikpapan

Dahulu kala KNIL punya satu pasukan di Balikpapan. Semua tinggal cerita yang hilang karna nyaris tanpa bekas

Peringatan 105 tahun KNIL oleh Batalyon Infanteri VI KNIL di Balikpapan. (1935)
Buku Gedenschriften Koninklijk Nederlandsch Indische Leger1830-1950 halaman 64, memberi sedikit tulisan tentang KNIL. Ada sebuah Batalyon Infanteri KNIL, yakni Batalyon Infanteri VI di tahun 1935. Di tahun, 1935 itu, mereka melakukan upacara kemiliteran di sebuah lapangan di Balikpapan. tak disebutkan lapangan mana. Ada dua kemungkinan: pertama di lapangan depan tangsi mereka di pertigaan Balikpapan Plaza sekarang; kedua di Lapangan BPM (yang sekarang bernama Lapangan Merdeka). Dua lapangan itu terhitung tak begitu jauh dari tangsi mereka. Tak diketahui ada berapa lapangan di Balikpapan pada tahun 1930an.

Jajaran KNIL sebelum 1940 di Balikpapan (1950)

Di tahun 1940, setelah Negeri Belanda diduduki Jerman dan bahaya semakin mengancam di Hindia Belanda, balikpapan menjadi kota penting yang harus dilindungi. Banyak pengamat sejarah mengatakan pentingnya balikpapan yang merupakan kota minyak. Sebagai kota minyak, Balikpapan menyediakan banyak minyak untuk menjalankan mesin, termasuk mesin kendaraan militer. Balikpapan jelas bisa menjadi pintu masuk bagi balatentara Jepang untuk menduduki Jawa dan selatan Indonesia lainya. Ketika Armada Selatan kedua Angkatan Laut Jepang menduduki Balikpapan dan sekitarnya, maka posisi Hindia Belanda terjepit dan Angkatan Darat Jepang bisa lebih aman bergerak ke Jawa dan daerah selatan lainnya. Karenanya balikpapan benar-benar dijaga.

Ketika KNIL dikalahkan Tentara Jepang, banyak diantara mereka yang jadi tahanan. Beberapa diantara mereka terbunuh. Seorang Letnan KNIL pribumi di Balikpapan adalah Hamid Algadrie alias Max. Dia keturunan Kesultanan Pontianak. Max lulusan Akademi Militer Breda. Istrinya kala itu adalah wanita Belanda. Di Balikapapan, Max berdinas di sana dengan ditemani istrinya. Kemungkinan mereka tak tinggal jauh dari tangsi KNIL di Klandasan. Max beruntung, dia selamat dari keganasan Jepang. Belakangan diangkat menjadi Sultan Pontianak dengan gelar Sultan Hamid II. Dia bahkan diberi pangkat Kolonel kehormatan dengan jabatan Ajudan istimewa Ratu Belanda.

Bendera Batalyon Infanteri XIV KNIL Balikpapan (1946)

Kekuatan KNIL bangkit lagi setelah tahun 1945. DI Balikpapan sendiri kemudian dibentuk lagi Batalyon Infanteri II KNIL. Batalyon ini diperkuat lagi di Jakarta kemudian. Anggota batalyon kemungkinan juga berasal dari bekas tawanan perang, yang diantaranya mantan KNIL. Ada kalanya, KNIL juga rekrut orang pribumi lagi yang dilatih dari nol. September 1946, di Balikpapan dibentuk lagi Batalyon Infanteri XIV KNIL. Mereka kemungkinan beroperasi di sekitaran Kalimantan Timur, begitu yang disebut dalam Gedenschriften Koninklijk Nederlandsch Indische Leger 1830-1950 halaman 56.

Letnan Smit bersama eks Andjing NICA lain bergabung ke TNI (1950)

Setelah itu Batalyon Infanteri XIV pindah dari Balikpapan. Pasukan di Balikpapan diganti pada akhir 1949. Pasukan Batalyon Infanteri V Andjing NICA mendarat di Balikpapan. Pasukan ini berpusat di Balikpapan sebagai markas Batalyonnya. Tak semua pasukan di Balikpapan: Kompi Pertama disebar ke Sanga-sanga dan Anggana; Kompi kedua: ditempatkan di Sepinggan, dekat dengan lapangan udara; Kompi Ketiga di Samboja; Kompi keempat dan kelima berangkat ke Tarakan dan sekitarnya. Batalyon ini terbilang ganas semasa di Jawa. Mereka itu menyerang sekitar Jogja dari arah barat. batalyon ini tak lama di balikpapan. Mereka lalu bubar. Sebagian anggotanya ada yang bergabung dengan TNI pada 1950. Letnan Smit adalah salah satu perwira yang bergabung dengan TNI. Begitu menurut buku Het ANDJING NICA (KNIL) in Nederlands-Indie (1945-1950).

Rabu, November 21, 2012

Korpsen Hulftroepen

KNIL dan KL tak sendiri. Ada pasukan bantuan  dari kerajaan-kerajaan pribumi.

Ada beberapa pasukan bantuan bagi KNIL[1] di zaman Hindia Belanda masih berkuasa. Pasukan  bantuan itu antara lain dari Legiun Mangkunegaran[2] di Surakarta; Legiun Paku Alaman di Yogyakarta; Barisan Madura dari pulau Madura; Korps Prayoda di Bali. Pasukam-pasukan itu terlibat dalam beberapa perang di Jawa.

Tangsi Korps Prajoda


Perwira Legiun umumnya berasal dari bangsawan dan priyayi kraton Mangkunegaran Surakarta. Seorang Kapten KNIL dan instruktur KNIL juga diperbantukan disini. Di Bali terdapat korpsPrayodha dengan konsep yang sama dengan Barisan Madura dan Legiun Mangkunegaran. Pasukan-pasukan pribumi itu masih meneruskan sebagian tradisi militer Indonesia asli, walau sedikit terpengaruh oleh tradisi militer barat yang dibawa Belanda. Dalam pasukan itu, jumlah perwira kraton jelas lebih banyak dan kebanyakan masih menjaga tradisi asal dibanding perwira pribumi yang aktif dalam dinas militer KNIL.[3]

Seorang Letnan Barisan Tjakra di jaman kolonial


Barisan Madoera berkedudukan di Bangkalan. Barisan merupakan pasukan militer bagi ketiga Negara di pulau Madura itu. Sesudah ketiga negara tadi dihapuskan tahun 1885, tentara dari tiga negara tadi menjadi tentara kolonial.  dalam barisan terdapat tiga kesatuan (Korps) yakni: Korps Barisan Pamekasan; Korps Barisan Sumenep; dan Korps Barisan Bangkalan. Ketiga korps itu berada dibawah pengawasan Gubernur Jawa timur. Masing-masing korps terdiri dari para infanteris yang dipimpin oleh perwira Madura sendiri.[4]


Orang Madura yang keras cocok dengan profesi militer. Meski begitu, hanya ada 151 orang Madura di KNIL di tahun 1916.[5] Orang-orang Madura itu lebih sering menjadi anggota Barisan Madura ketimbang menjadi anggota reguler KNIL. Dalam sejarahnya, Barisan Madoera pernah ada Seorang sersan anggota Barisan Madura, bernama Joedokoesoemo, yang menjadi anggota SI. Pada 16 Maret 1914 telah dipaksa untuk meletakan jabatan dan pangkat militernya sebagai bintara dalam Barisan Madoera. Namun sersan itu tidak memperdulikan paksaan dari pembesar-pembesar kolonial itu. Sebuah tindakan pada sersan Madura itu telah dipersiapkan oleh petinjggi kolonial pribumi agar sersan Barisan Madoera itu dicopot dari jabatannya sebagai bintara dalam pasukan.[6]

Barisan Bangkalan Berlatih di Alun-Alun Bangkalan

            Sejarah pasukan Barisan Madura makin hilang. Ini lebih dikarenakan Barisan Tjakra Madoera ini terlibat dalam revolusi dalamkubu tentara Belanda KNIL/KL yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Spoor. Sentimen anti Belanda di Indonesia jelas mengharamkan apapaun bebau Belanda dan dekat dengan Belanda kemudian dianggap memalukan. Tidak banyak orang Madura yang tinggal di Madura tahu tentang jejak pasukan-pasukan kraton itu. Makam-makam perwiranya bisa jadi ada di pemakaman raja-raja Madura, baik di Bangkalan atau Sumenep.


[1] KNIL:Koninklijk Nederlandsche Indische Leger (Tentara Kerajaan Hindia Belanda). Berdiri tahun 1830. KNIL terbiasa menghadapi pemberontakan di Indonesia.

[2] Legiun Mangkunegaran sama seperti Barisan Madoera. Pasukan dari kraton Mangkunegara bertempat di Keraton Mangkunegaran, Surakarta. Kekuatan pasukan ini adalah satu setengah Batalyon. Dalam pasukan ini terdapat seksi mitraliur karaben. Kendati dibentuk dilingkungan kraton, Legiun Mangkunegara juga pernah dipimpin oleh Mayor Infanteri KNIL Belanda. Harsya Bachtiar, Siapa Dia Perwira Tinggi TNI AD, Jakarta, Djambatan, 1988, hlm.. 7.

[3] Nugroho Notosusanto, Tentara PETA Pada Zaman Pendudukan   Jepang di  Indonesia, Jakarta, Gramedia, 1979. hlm. 51.

[4] Ibid., hlm. 9

[5] R.P Suyono, Peperangan Kerajaan di Nusantara, jakarta, Grasindo, 2003, hlm. 325-326.

[6] Pewarta Soerabaia, 18 Maret 1914