Senin, September 06, 2010

Ragusa Lagi



Siang bolong, adalah waktu dimana Jakarta sedang panas-panasnya. Rasanya ini sudah terjadi sejak zaman kolonial. Untung saja, beberapa tahun sebelum Hindia Belanda bertekuk-lutut pada Balatentara Jepang ditahun 1942, sudah ada Ragusa. Es krim ini konon sudah ada sejak 1932, namun masih brdagang keliling di sekitar Pasar Gambir. Inilah es krim ala Italia yang merupakan salah satu legenda es krim di Indonesia.

Hingga akhirnya Ragusa kemudian memiliki lahan sendiri, di Jalan Vetaran satu, sebelumnya bernama Jalan Segara dimana pernah bermarkas pasukan Pengawal Sukarno, Cakrabirawa. Jalan Veteran, sejak dulu sangat straegis. Dekat dengan Wilhelminapark (Taman Masjid Istiqlal) dan Koningenplain (Monas). Dekat juga dengan Gambir dan juga istana Gubernur jenderal (Istana Negara).

Es krim ragusa, kadang dianggap es krim tradisional. Seperti industri makanan rumah-tangga. Tidak diproduksi pabrik besar. Rasanya jelas unik. Dan berbeda daripada es krim buatan pabrik. es krim disini menggunakan bahan-bahan berkualitas mulai dari susu sampai bahan lainnya. Semuanya dibuat secara handmade, bukan diambil dari pabrik jadi kualitas akan tetap terjaga. Bahkan es krim yang berasal dari Italia ini tidak menggunakan pengawet.

Es Krim Ragusa masih legenda hingga kini. Selama beberapa generasi, Ragusa masih menjadi tujuan kuliner yang menyenangkan. Jika anda menikmati Ragusa di Jalan Veteran, anda juga akan nikmati suasana yang agak Jadul alias tempo doeloe sekali. Tidak AC, hanya ada kipas angin. Selain itu anda juga akan duduk di kursi-kursi rotan. Beberapa potret tua juga dipajang didinding. Suasananya mirip zaman kolonial sebelum Perang Dunia II. Sangat indies sekali menurut saya.

Walau bangunannya dan interiornya kuno, tidak berarti rasa dari es krim tidak layak untuk dicicipi. Anda dapat mencoba menu yang ada misalnya banana split, special mix, spaghetti ice cream, cassata siciliana, tutti frutti, chocolate sundae, lemon ice, cola float dan nougat. Dengan tampilan es yang menarik, Anda dapat merasakan keunikan rasanya. Bila Anda bingung memilih, Anda dapat menentukan pilihan Anda setelah melihat gambar-gambar es krim yang ada dipajang di sekeliling dinding bagian atas.

Ragusa, karena ada aroma indies-nya, membuat saya ingin menikmatinya lagi jika ke Jakarta. Ragusa juga mengingatkan masa-masa awal bekerja di Jakarta. Ketika lelah mencari data di perpustakaan Salemba, atau menulis kronik, Ragusa menjadi tujuan. Bukan hanya saya, tapi juga kawan-kawan lain, yang mungkin sampai hari ini masih merindukannya. Terakhir kali di Ragusa, saya bersama kawan saya asal Belanda, Fredrick. Menyenangkan sekali mengobrol disana, terutama bagi anda yang suka bicara soal sejarah.

Jika anda merasa gerah dengan kota Jakarta, terutama jika anda di sekitar Monas, ragusa mungkin bisa sedikit basahi tenggorokan anda.