Sabtu, Desember 03, 2011

Tentang Danu

Ada dua Douwes Dekker yang bikin kesal pemerintah kolonial, karena simpati mereka pada rakyat Hindia. Namun hanya EFE Douwes Dekker alias Danudirja Setiabudi saja yang bisa lihat Hindia menjadi Indonesia.


Danudirja Setiabudi


Heran juga ada bapak-bapak dengan rupa agak bule bernama Kesworo.[1] Usut punya usut, ternyata bapak-bapak bule ini anak dari Danudirja Setiabudi. Dia Pahlawan Nasional Indonesia. Seorang Indo, yang dimata orang Indonesia sebagai orang baik hati.

Orang lebih kenal Danudirja Setiabudi sebagai Ernest Francois Eugene Douwes Dekker. Kadang timbul salah tafsir jika Douwes Dekker yang dikenal sebagai Danudirja Setiabudi ini sama dengan Multatuli, karena sama-sama Douwes Dekker. Douwes Dekker yang Multatuli—yang menggegerkan Negeri Belanda karena buku Max Havelaar-nya mengkritik habis system tanam paksa, yang punya nama Edward Douwes Dekker, sebenarnya masih satu keluarga besar Douwes Dekker. Ada yang menyebut EFE Douwes Dekker keponakan dari Edward Douwes Dekker.[2] Mari kita sapa EFE Douwes Dekker sebagai Danu saja, agar lebih santai.

Sedari muda, Danu seorang petualang. Pecinta kebebasan. Lepas HBS[3] Danu pernah kerja sebentar di sebuah perkebunan kopi. Di usia yang baru 22 tahun, Danu bertualang ke Afrika Selatan. Terlibat dalam perang Boer. Dimana dia berada dipihak Boer dan melawan Inggris. Namun dia ditawan oleh tentara Inggris lalu ditahan di Srilangka sebentar. Danu, kemudian dibebaskan dan kembal ke Hindia Belanda (Indonesia).

Hidup baru setelah kebebasan dari penjara kolonial, dijalani Danu sebagai jurnalis. Dia pernah bekerja di De Locomotief dan beberapa suratkabar berbahasa Belanda lainnya. Selama menjadi jurnalis, Danu sempat mengunjungi Belanda, antara tahun 1909-1910. Sekembali dari Negeri Belanda, Danu lalu berhasil mendirikan harian De Express.

Danu kemudian teribat gerakan politik. Danu seperti wakil orang-orang Indo yang menginginkan adanya perubahan di Hindia Belanda. Selain Danu, beberapa orang dengan nama Douwes Dekker, tergabung dalam kelompok sosialis di Hindia Belanda.[4] Tentu saja, Danu berbeda dengan orang-orang Indo kebanyakan yang mengeklusifkan diri—karena kalah status dengan dan direndahkan oleh Belanda totok, juga tidak mau disamakan dengan pribumi.

Danu adalah orang terbuka. Nyata, dia bersama dr Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat adalah Tiga Serangkai pendiri Indische Partij. Sebuah partai terbuka bagi semua orang di Hinda, entah Indo atau pribumi. Kaum Indo kadang dikenal sebagai kaum Insulinde.

Indische Partij berdiri tepat Natal 25 Desember 1912, setelah Tiga Serangkai melakukan perjalanan propaganda keliling Jawa. Tahun 1913, adalah tahun pengusiran Danu karena aktifitas politiknya yang dengan pedas mengkriti pemerintah kolonial. Hingga Danu harus angkat kaki dar Hindia. Danu memilh ke Belanda dan memilih belajar di sana.

Danu baru kembali pada 1918. Dimana dia bergerak dibidang pendidikan. Dia menjadi direktur dari Ksatriaan Institut 1924.[5] Sebuah perguruan modern yang cukup dipandang sebagai pembibitan pemuda Indonesia. Di Ksatriaan Institut, pendidikan kepada anak-anak Indonesia semakin bisa semakin ternikmati. Salah satu jebolan Ksatrian Institut adalah Baharudin Muhamad Diah, yang dikenal sebagai tokoh pers Indonesia.

Ketika perang di Pasifik mulai bergolak, Danu mulai dekat dengan orang-orang Jepang. Seperti juga Husni Thamrin yang anggota Volksraad. Mereka berdua pun mulai diawasi pemerintah kolonial. Danu berencana mengirimkan beberapa pemuda lulusan Ksatrian Institut ke Jepang. Tentu saja ini membuat para pemerintah berang, meski Hindia Belanda dan Jepang belum terlibat perang secara langsung. Jika kemudian Danu ditangkap oleh aparat hukum kolonial pada Januari 1941 di Ngawi, maka Husni Thamrin harus meninggal dalam tahanan rumah.[6]

Selanjutnya, Danu jalani hukuman dari pemerintah kolonial untuk ketiga kalinya. Dia mengalami pembuangan ke Suriname. Tahun 1945, ketika di Negeri Belanda, Danu akhirnya mendengar kabar proklamasi Indonesia. Dia pun segera kembali ke Indonesia yang dia cintai. Beberapa waktu tinggal di Indonesia, ketika Syahrir menjadi Perdana Menteri, Danu dimasukan dalam kabinet sebagai Menteri Negara. Danu, pada 1952, meninggal dunia di tanah yang diperjuangkan kemerdekaannya.

Danu sempat menikah dua kali seumur hidupnya. Anak dari istri terakhirnya rela dinamai Kesworo, karena kecintaannya pada Indonesia. Nama Kesworo mengingatkan saya pada Kisworo alias Klowor alias Iswara NR yang pernah punya bajing yang dinamai Douwes Dekker. Bukan ingin merendahkan, tapi sebagai penghormatan unik ala kawan saya itu. Belakangan, bajing bernama Douwes Dekker itu kabur entah kemana? Yah Douwes Dekker memang berjiwa bebas dan tidak ingin hidup dalam sangkar. Bukan cuma Douwes Dekker si bajing, tapi juga dua orang bernama Douwes Dekker yang pernah hidup di Indonesia. Mereka berdua tidak melulu kejar kebebasan, tapi juga tidak ingin melihat orang lain menderita.

[1] Kesworo mengingatkan saya pada Kisworo alias Klowor alias Iswara NR yang pernah punya bajing yang dinamai Douwes Dekker

[2] Ensiklopedi Umum, Kanisius, 1973, hlm. 350-351.

[3] HBS: Hogare Burger School (sekolah menengah lima tahun). Sebuah sekolah elit yang hanya bias dimasuki anak dari kalangan keluarga berada saja.

[4] Periksa buku Hans Meirt, Dengan Semangat Berkobar: Nasionalisme dan Gerakan Pemuda di Indonesia, 1918-1930, Jakarta, Hasta Mitra, 2003.

[5] Surat Gubernur Jenderal tertanggal 15 Januari 1923 no. 3 A x Geheim, dalam Marwati Djoened Poesponegoro, Sejarah Nasional Indonesia V, Jakarta, Balai Pustaka, 2008, hlm. 288.

[6] Tentang kematian Thamrin lihat dalam Bob Hering, M. H. Thamrin : Membangun Nasionalisme Indonesia, Jakarta, Hasta Mitra, 2003.


Kamis, Desember 01, 2011

Meniru Saudara Tua

Akan datang orang kate dari utara membawa bambu wulung untuk mengusir kebo bule. Begitu isi ramalan Jayabaya sebelum Saudara Tua datang.

Tentara Jepang datang sebagai pahlawan setelah Hindia Belanda dibungkam pada Maret 1942. Butuh waktu 2 minggu menyikat Hindia Belanda. Namun sejak 1916 sudah ada spionase Jepang di Hindia Belanda yang terus memantau Hindia Belanda. Karenanya dengan mudah Belanda kalah. Selanjutnya, tentara Jepang memberi pengaruh bagi Indonesia.

Dari beberapa buku biografi tokoh Indonesia, khususnya tokoh-tokoh militer Indonesia yang saya baca, diantara mereka adalah didikan Jepang. Djatikusumo, bekas KSAD pertama ini menganggap Jepang hebat dalam mendidik pemuda Indonesia. Maklum, di KNIL Djati hanya sampai pangkat Kopral taruna. Sementara di PETA , cukup dengan latihan tiga bulan Djatikusumo sudah jadi Chudanco alias komandan kompi setara kapten. Tokoh lain yang dididik Jepang adalah Suharto, Ahmad Yani, Sarwo Edhi Wibowo, Supriyadi, Zulkifli Lubis dan Kemal Idris. Tiga nama terakhir, tidak terlalu bangga menjadi bagian dari PETA. Usia mereka agak lebih muda dibanding Suharto dan Yani. Mereka lebih dulu dididik sebagai militer sebelum PETA berdiri. Tiga nama pertama, tidak menunjukan rasa bangga berlebih juga, namun mereka bisa meraih pangkat tinggi di kemudian hari. Mereka adalah orang-orang beruntung dari yang pertama.

Tiga nama terakhir kemudian menjadi orang dominan dalam militer Indonesia. Mereka membuat TNI lebih mirip tentara pendudukan Jepang. Dimana tentara begitu mendominasi. Pengaruh Suharto dan kawan-kawan yang pernah dididik tentara Jepang, memberikan pengaruh besar dalam pendidikan Indonesia. Di level sekolah menengah, pengaruh tentara pendudukan Jepang masih tersisa. Ketika Jepang berkuasa, ada yang disebut senam pagi massal yang disebut Taiso. Dimana semua siswa harus bergerak seragam. Setiap gerakan salah jadi hal memalukan. Arahnya, adalah penyeragaman isi kepala juga. Dimana ada tujuan agar semua orang bisa jadi orang penurut. Begitu juga dengan latihan baris-berbaris yang melelahkan. Akhirnya, dari Jepang militerisme adalah yang paling jaga. Sementara itu, gaya militer fasis yang pernah dibawa ke Indonesia sudah ditinggalkan oleh militer Jepang.

Banyak hal dari Jepang yang berusaha ditiru oleh orang-orang Indonesia. Mulai dari kuliner, olahraga dan lainnya. Orang Indonesia kenal Karate, Judo bahkan Aikido sebagai olahraga beladiri. Banyak orang Indonesia mempelajarinya, meski sedikit diantaranya yang bisa menangkap filosopi dari olahraga itu. Beberapa diantara orang Indonesia yang mempelajari itu bisa sukses. Hanya sedikit yang seberuntung itu.

Sebagai saudara muda, hanya sedikit yang dipelajari Indonesia dari Jepang. Indonesia, lebih suka meneruskan budaya berbau fasis, seperti senam pagi di sekolah, segaram sekolah dan semacamnya. Tanpa pernah bisa belajar bagaimana bangkit dari keterpurukan. Kita tahu Jepang pernah begitu hancur setelah hancur lebur dibom sekutu. Sebuah kekalahan yang cukup memukul juga. Namun Jepang bisa bangkit dengan cepat. Musibah apa yang bisa membuat orang Jepang menyerah? Rasanya belum pernah kita dengar. Pasca tsunami dan kebocoran reactor nuklirnya di Fukushima, Jepang masih maju terus.

Tidak banyak yang berubah dari Indonesia sejak krisis monoter 1998. Meski lebih kaya dari sisi potensi alam, namun tidak banyak memberi kemajuan bagi Indonesia. Banyak yang mengakui bahwa Indonesia melakukan banyak kesalahan dalam mengelola kekayaan alam. Selain itu, etos untuk menjaga dan mengelola segala sumber daya yang ada juga begitu kurang.

Sebenarnya, meniru Jepang adalah bagaimana belajar mengelola kekayaan alam yang ada tanpa harus merusak, meniru semangat kerja kerasnya, dan bagaimana menghargai sisa-sisa tradisi masa lalu. Tiga hal itu belum dimililki orang Indonesia.

Dari Guruh Anak Sukarno

Melati Suci, bisa membuat kita ingat Guruh. Selain itu, lagu bermakna dalam ini seperti identik dengan Kaum Hawa.



Sejujurnya, Sukarno bukan idola dan kebanggaan saya. Meski membencinya, karena melarang rock n’roll dan memenjarakan Syahrir, saya salut dengan perlawanan Sukarno pada Negara besar bermental neo-kolonialis. Sukarno boleh disejajarkan dengan Guevara, Castro dan Tito. Mereka yang terhebat sebelum Evo Morales, Ahmadinejad jadi di idola dunia ketiga. Jika ditanya, siapa yang terhebat di dunia ketiga, merekalah jawabnya.



Kembali ke Sukarno, banyak yang tidak saya suka dari dinasti politik keluarga Sukarno. Saya tidak suka Megawati, yang rada bikin malu wanita dan Ibu-ibu Indonesia, karena jago mutung. Diluar masalah politik, dari keluarga Sukarno, saya suka dari keluarga Sukarno adalah Guruh. Bukan karena dia tampan dan saya tidak, tapi soal kontribusi Guruh dalam kesenian. Seniman Indonesia di dekade-dekade lalu, pasti tahu Guruh. Siapa yang tak tahu Swara Mahardika? Dimasa lalu.



Di music Guruh juga kontribusi, meski tidak banyak generasi sekarang yang tahu. Guruh dianggap berkontribusi dalam musik-musik eksperimental yang dirilisnya bersama Gipsy. Dimana Almarhum Chrisye juga bergabung. Mereka pernah membuat Chopin Larung, sebuah repertoar sepanjang 7.17. Dimana musik etnik ala Indonesia dan sentuhan piano modern. Penikmat psikedelik mungkin akan senang mendengarnya. Bagi saya, Guruh dan kawan-kawan Gipsy-nya bisa disejajarkan dengan band psikedelik macam Pink Floyd.



Karya Guruh yang paling banyak disuka tentunya, Melati Suci. Sebuah lagu yang begitu puitis dan mendalam. Musiknya pun adalah alunan stringsection (alat gesek), piano flute, marching bell dan lainnya. Saya kira lagu ini termasuk lagu yang tidak boleh dilupakan orang Indonesia.



Garuh, sepertinya menulis lagu ini untuk ibunya. Mendengarnya, saya ingat Fatmawati—ibu yang melahirkan putra bernama Guruh Sukarno Putra. Kecintaan Sukarno pada seni menurun pada Guruh. Sepertinya, Guruh dilahirkan untuk seni. Sukarno tentu akan bangga pada anak bungsunya dari Fatmawati ini.





Putih

Putih melati

Mekar di taman sari

Semerbak wangi penjuru bumi



Seri

Seri melati

Bersemi anggun asri

Kucipta dalam gubahan hati



Tajuk bak permata

Siratan bintang kejora

'Kan kupersembahkan

Bagimu pahlawan bangsa

Putiknya persona

Rama-rama 'neka warna

'Kan kupersembahkan

Bagi pandu Indonesia



Suci

Suci melati

Suntingan 'bu Pertiwi

Lambang nan luhur budi pekerti



Tajuk bak permata

Siratan bintang kejora

'Kan kupersembahkan

Bagimu pahlawan bangsa

Putiknya persona

Rama-rama 'neka warna

'Kan kupersembahkan

Bagi pandu Indonesia



Suci

Suci melati

Suntingan 'bu Pertiwi

Lambang nan luhur budi pekerti



Oh, melati ...

Oh, melati ...

Oh, melati ...



Begitulah lirik Melati Suci. Mau tenggelam seperti apapun, Guruh pernah menjadi yang terbaik dan juga membuat sesuatu yang baik bagi dunia musik Indonesia. Melati Suci adalah salah satu terbaik dari Guruh Sukarno Putra.



NB: Guruh terlahir dengan sebagai Muhammad Guruh Irianto Soekarnoputra di Jakarta, 13 Januari 1953. Guruh pernah aktif sebagai anggota Parlemen yang berani mencalonkan diri sebagai Presiden ketika Orde Baru Suharto masih kuat. Lagu Melati Suci, silahkan didownload saja di internet.