Jumat, Mei 18, 2012

Tipisnya Tabir Mimpi dan Kenyataan


Laskar Pelangi sudah bubar. Ikal yang merasa kehilangan, mulai dari A Ling sampai kawan-kawan SD Muhamadiyah Gantong lainnya, harus menjalani sesuatu yang baru. Dia temui kawan baru, yang tak lain adalah saudara sepupunya, Arai--yang baru saja ditinggal mati ayahnya. Mereka juga mendapat kawan baru lagi, Jimbron, bocah yatim piatu Muslim yang dirawat Pendeta Giovani. Uniknya, sang pendeta menyuruh Jimbron belajar mengaji di Surau. Di Surau inilah ketiga bocah ini, itu akrab dan menjadi pemimpi hebat. Perkawanan mereka berlanjut hingga ke SMA Manggar. Hidup mereka selanjutnya semakin dipenuhi mimpi-mimpi.

Ikal remaja (Vikri Setiawan) dengan mimpi menginjak Paris dan belajar di Universitas Sarbonne. Arai (Rendy Ahmad Syaifullah), juga punya cita-cita yang tidak jauh beda dengan Ikal, namun salah satu mimpi jangka pendeknya adalah mencuri hati Zakia Nurmala--"Kembang cantik" SMA Manggar (yang diperankan Maudi Ayunda). Mimpi Jimbron remaja paling penting adalah membuat Laksmi, yang juga sama yatim piatunya setelah orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan, kembali tersenyum. 



Di sekolah, Arai dan Ikal tergolong murid pandai, namun Jimbron tidak hingga harus dibantu dua sahabatnya itu dalam mengerjakan tugas sekolah. Beruntung, sebagai para pemimpi belia, meraka memiliki guru Bahasa dan Sastra yang selalu mengajak murid-muridnya mengucapkan kutipan-kutipan orang hebat yang cuku memotivasi. Tidak hanya kutipan dari orang hebat kelas dunia, tapi juga potongan lagu dari Iwan Fals atau Rhoma Irama. Balia (Nugie Nugraha), sang guru hebat itu adalah sosok yang lemah lembut. Dia cukup bersebrangan dengan Pak Mustar (Landung Simatupang) sang kepala sekolah dalam mengajar. Tetap saja mereka adalah guru hebat, yang pergi kesekolah dengan sepeda butut dan dengan pakaian sederhana yang jauh dari necis.   

Mereka tidak seperti anak-anak SMA kota besar zaman sekarang. Mereka harus banting tulang sepulang dari sekolah. Bukan sekedar mengisi perut mereka, tapi juga untuk mimpi besar mereka, berangkat ke Paris. Mereka mengumpulkan jerih keringat mereka. Ikal dalam kotak pemberian A Ling yang bergambar Menara eifel. Dan, Jimbron yang terobsesi dengan kuda, menyimpan uangnya dalam dua celengan Kuda yang dia isi sama rata.

Sebagai mahluk yang melewati masa puber, mereka juga penasaran dengan seksualitas. Suatu kali mereka pun nekad menonton film semi biru, yang sedang populer kala itu dan kebetulan masih diputar di bioskop yang tidak jauh dari pondok mereka. Sialnya, mereka ketahuan Pak Mustar yang memaksa mereka pulang ketika film sedang di putar. Karena dianggap keterlaluan oleh Sang Kepala sekolah maka mereka dihukum membersihkan WC sekolah. Sebuah tempat paling terkutuk bagi Ikal karena joroknya yang luar biasa. Tidak jauh beda dengan WC pria di sekolah saya dulu, mungkin juga disekolah yang lain.

Sebagai pemimpi belia, kegalauan hati ada kalanya datang mendera. Ikal pun alami hal itu. Suatu kali Ikal menghilang dari sekolah dan mogok bicara selama beberapa hari. Sementara Arai, si pemimpi tergigih, hanya bersabar berusaha paham dengan sikap saudara sepupunya yang aneh itu.

Bagaimanapun, badai pasti berlalu. Sebagai para pemimpi tangguh, mereka kembali dalam rel mimpi mereka. Ikal kembali ke sekolah bersama Jimbron dan Arai. Mimpi Jimbron yang ingin melihat kuda dan membuat Laksmi tersenyum pun terwujud. Jimbron pun mengajak Laksmi yang penuh derita itu naik keatas kuda. Sebuah moment penting yang membawa dua anak manusia yang penuh derita itu mulai beranjak dari penderitaan mereka. Berbekal mimpi, dan tentu saja kerja keras, Jimbron pun meraih mimpinya.

Sebagai pemimpi, Arai berusaha sekuat tenaga merebut hati Zakia Nurmala. Untung saja Arai bertemu Bang Zaitun (Jay Widjajanto) Seniman Musik Melayu keliling yang lebih dari 30 tahun malang melintang di blantika musik Belitong dan sukses menggaet beberapa wanita yang kemudian menjadi istri-istrinya. 

Tidak rugi juga Arai berguru. Berbekal sebuah gitar dari Sang Guru, Arai yang berpakaian ala Melayu mendatangi jendela kamar Zakia Nurmala. Mulailah Arai menyanyikan lagi Melayu dengan indahnya demi pujaan hatinya. Tidak sia-sia juga, ketika Arai diatas kapal yang hendak meninggalkan Manggar, Zakia melambaikan tangannya dan memberi senyumannya pada Arai. Mimpi Arai terlaksana juga. Tentu saja Arai girang bukan kepalang.

Setelah masa SMA berakhir, Ikal dan Arai meinggalkan Belitung untuk ke Jakarta. Mereka berencana kuliah disana, lalu meneruskan mimpi mereka ke Eropa. Mereka berdua berpisah dengan Jimbron yang sudah menggandeng Laksmi. Kepada mereka, Jimbron memberikan dua celengan kuda yang dia isi uang sama rata. Meski Jimbron tidak mengantar sampai Eropa, tapi isi celengan kuda Jimbronlah yang ikut mengantarkan mereka. Di Jakarta, mereka bermetamorfosa. Arai dan Ikal menjadi sarjana juga dari Universitas Indonesia yang bergengsi itu. Arai dewasa (yang diperankan Nasril Ilham alias Ariel Peterpan) dan Ikal dewasa (oleh Lukman Sardi) terpisah. Lupakah mereka pada mimpi mereka? Tentu tidak terjadi pada mereka. Mereka bertemu lagi dalam sebuah wawancara beasiswa. Mimpi mereka pun makin di depan mata.

Jarak mimpi dan kenyataaan memang kadang tipis. Inilah aIasan banyak pejuang lahir. Hanya butuh kerja keras untuk membuka tabir yang membatasi mimpi dan kenyataan. Film ini harusnya bisa memberi insiprasi, seperti halnya bukunya yang sukses di pasaran buku Indonesia.

Dalam sang Pemimpi ini, Riri Riza kembali sukses menafsirkan isi buku Sang Pemimpi, dan sebelumnya Sang pemimpi. Nama-nama besar orang Seni Indonesia dalam film ini cukup mampu mendongkrak film ini menjadi sesuatu yang hidup seperti film-film Riri Riza yang lain. Selalu berusaha untuk realis dan selalu memberi jeda-jeda pengundang tawa disela-sela yang mengharukan dalam alur filmnya. Selalu saja,dalam film-film Riri Riza para penonton selalu sukses memasuki dunia yang menjadi setting film itu. Dalam film Gie, kita akan temukan aura Jakarta tahun 1960an. Dan, dalam Sang Pemimpi, sukses membawa kita ke Belitung tahun 1985an.

Bagi anda yang pernah menghabiskan masa SMA didaerah terpencil, maka anda akan terharu menonton Sang Pemimpi. Film ini akan membaca ke masa-masa SMA, yang katanya masa-masa paling indah. Silahkan mengenang masa SMA anda, bagi yang sudah pernah merasakannya. Bagi yang belum dan tinggal di perkotaan, anda tidak akan alami apa yang dialami Arai dan Ikal. Namun, dengan menonton Sang pemimpi anda akan rasakan sekolah di daerah yang jauh tertinggal.



    
Laskar Pelangi sudah bubar. Ikal yang merasa kehilangan, mulai dari A Ling sampai kawan-kawan SD Muhamadiyah Gantong lainnya, harus menjalani sesuatu yang baru. Dia temui kawan baru, yang tak lain adalah saudara sepupunya, Arai--yang baru saja ditinggal mati ayahnya. Mereka juga mendapat kawan baru lagi, Jimbron, bocah yatim piatu Muslim yang dirawat Pendeta Giovani. Uniknya, sang pendeta menyuruh Jimbron belajar mengaji di Surau. Di Surau inilah ketiga bocah ini, itu akrab dan menjadi pemimpi hebat. Perkawanan mereka berlanjut hingga ke SMA Manggar. Hidup mereka selanjutnya semakin dipenuhi mimpi-mimpi.

Ikal remaja (Vikri Setiawan) dengan mimpi menginjak Paris dan belajar di Universitas Sarbonne. Arai (Rendy Ahmad Syaifullah), juga punya cita-cita yang tidak jauh beda dengan Ikal, namun salah satu mimpi jangka pendeknya adalah mencuri hati Zakia Nurmala--"Kembang cantik" SMA Manggar (yang diperankan Maudi Ayunda). Mimpi Jimbron remaja paling penting adalah membuat Laksmi, yang juga sama yatim piatunya setelah orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan, kembali tersenyum. 


Di sekolah, Arai dan Ikal tergolong murid pandai, namun Jimbron tidak hingga harus dibantu dua sahabatnya itu dalam mengerjakan tugas sekolah. Beruntung, sebagai para pemimpi belia, meraka memiliki guru Bahasa dan Sastra yang selalu mengajak murid-muridnya mengucapkan kutipan-kutipan orang hebat yang cuku memotivasi. Tidak hanya kutipan dari orang hebat kelas dunia, tapi juga potongan lagu dari Iwan Fals atau Rhoma Irama. Balia (Nugie Nugraha), sang guru hebat itu adalah sosok yang lemah lembut. Dia cukup bersebrangan dengan Pak Mustar (Landung Simatupang) sang kepala sekolah dalam mengajar. Tetap saja mereka adalah guru hebat, yang pergi kesekolah dengan sepeda butut dan dengan pakaian sederhana yang jauh dari necis.   

Mereka tidak seperti anak-anak SMA kota besar zaman sekarang. Mereka harus banting tulang sepulang dari sekolah. Bukan sekedar mengisi perut mereka, tapi juga untuk mimpi besar mereka, berangkat ke Paris. Mereka mengumpulkan jerih keringat mereka. Ikal dalam kotak pemberian A Ling yang bergambar Menara eifel. Dan, Jimbron yang terobsesi dengan kuda, menyimpan uangnya dalam dua celengan Kuda yang dia isi sama rata.

Sebagai mahluk yang melewati masa puber, mereka juga penasaran dengan seksualitas. Suatu kali mereka pun nekad menonton film semi biru, yang sedang populer kala itu dan kebetulan masih diputar di bioskop yang tidak jauh dari pondok mereka. Sialnya, mereka ketahuan Pak Mustar yang memaksa mereka pulang ketika film sedang di putar. Karena dianggap keterlaluan oleh Sang Kepala sekolah maka mereka dihukum membersihkan WC sekolah. Sebuah tempat paling terkutuk bagi Ikal karena joroknya yang luar biasa. Tidak jauh beda dengan WC pria di sekolah saya dulu, mungkin juga disekolah yang lain.

Sebagai pemimpi belia, kegalauan hati ada kalanya datang mendera. Ikal pun alami hal itu. Suatu kali Ikal menghilang dari sekolah dan mogok bicara selama beberapa hari. Sementara Arai, si pemimpi tergigih, hanya bersabar berusaha paham dengan sikap saudara sepupunya yang aneh itu.

Bagaimanapun, badai pasti berlalu. Sebagai para pemimpi tangguh, mereka kembali dalam rel mimpi mereka. Ikal kembali ke sekolah bersama Jimbron dan Arai. Mimpi Jimbron yang ingin melihat kuda dan membuat Laksmi tersenyum pun terwujud. Jimbron pun mengajak Laksmi yang penuh derita itu naik keatas kuda. Sebuah moment penting yang membawa dua anak manusia yang penuh derita itu mulai beranjak dari penderitaan mereka. Berbekal mimpi, dan tentu saja kerja keras, Jimbron pun meraih mimpinya.

Sebagai pemimpi, Arai berusaha sekuat tenaga merebut hati Zakia Nurmala. Untung saja Arai bertemu Bang Zaitun (Jay Widjajanto) Seniman Musik Melayu keliling yang lebih dari 30 tahun malang melintang di blantika musik Belitong dan sukses menggaet beberapa wanita yang kemudian menjadi istri-istrinya. 

Tidak rugi juga Arai berguru. Berbekal sebuah gitar dari Sang Guru, Arai yang berpakaian ala Melayu mendatangi jendela kamar Zakia Nurmala. Mulailah Arai menyanyikan lagi Melayu dengan indahnya demi pujaan hatinya. Tidak sia-sia juga, ketika Arai diatas kapal yang hendak meninggalkan Manggar, Zakia melambaikan tangannya dan memberi senyumannya pada Arai. Mimpi Arai terlaksana juga. Tentu saja Arai girang bukan kepalang.

Setelah masa SMA berakhir, Ikal dan Arai meinggalkan Belitung untuk ke Jakarta. Mereka berencana kuliah disana, lalu meneruskan mimpi mereka ke Eropa. Mereka berdua berpisah dengan Jimbron yang sudah menggandeng Laksmi. Kepada mereka, Jimbron memberikan dua celengan kuda yang dia isi uang sama rata. Meski Jimbron tidak mengantar sampai Eropa, tapi isi celengan kuda Jimbronlah yang ikut mengantarkan mereka. Di Jakarta, mereka bermetamorfosa. Arai dan Ikal menjadi sarjana juga dari Universitas Indonesia yang bergengsi itu. Arai dewasa (yang diperankan Nasril Ilham alias Ariel Peterpan) dan Ikal dewasa (oleh Lukman Sardi) terpisah. Lupakah mereka pada mimpi mereka? Tentu tidak terjadi pada mereka. Mereka bertemu lagi dalam sebuah wawancara beasiswa. Mimpi mereka pun makin di depan mata.

Jarak mimpi dan kenyataaan memang kadang tipis. Inilah aIasan banyak pejuang lahir. Hanya butuh kerja keras untuk membuka tabir yang membatasi mimpi dan kenyataan. Film ini harusnya bisa memberi insiprasi, seperti halnya bukunya yang sukses di pasaran buku Indonesia.

Dalam sang Pemimpi ini, Riri Riza kembali sukses menafsirkan isi buku Sang Pemimpi, dan sebelumnya Sang pemimpi. Nama-nama besar orang Seni Indonesia dalam film ini cukup mampu mendongkrak film ini menjadi sesuatu yang hidup seperti film-film Riri Riza yang lain. Selalu berusaha untuk realis dan selalu memberi jeda-jeda pengundang tawa disela-sela yang mengharukan dalam alur filmnya. Selalu saja,dalam film-film Riri Riza para penonton selalu sukses memasuki dunia yang menjadi setting film itu. Dalam film Gie, kita akan temukan aura Jakarta tahun 1960an. Dan, dalam Sang Pemimpi, sukses membawa kita ke Belitung tahun 1985an.

Bagi anda yang pernah menghabiskan masa SMA didaerah terpencil, maka anda akan terharu menonton Sang Pemimpi. Film ini akan membaca ke masa-masa SMA, yang katanya masa-masa paling indah. Silahkan mengenang masa SMA anda, bagi yang sudah pernah merasakannya. Bagi yang belum dan tinggal di perkotaan, anda tidak akan alami apa yang dialami Arai dan Ikal. Namun, dengan menonton Sang pemimpi anda akan rasakan sekolah di daerah yang jauh tertinggal.

Tidak ada komentar: