Porselen tak hanya dari Tiongkok. Porselen dari Belanda, mungkin bisa bercerita pada kita bagaimana VOC mengusai Indonesia.
Dahulu kala, punya porselen itu mungkin kemewahan bagi kaum ningrat. Juga hal bodoh bagi orang kere Indonesia tempo doeloe. Di banyak tempat di Indonesia, porselen kuno sering sekali ditemukan. Paling banyak dari Tiongkok. Banyak orang berpikir: Tiongkok adalah penghasil Porselin terbesar. Banyak orang pernah dengar soal keramik tinggalan dinasti Ming. Namun, ternyata porselen ala Belanda pun juga ada.
Jika Anda berada di Keraton Kesepuhan Cirebon, di dinding Siti Hinggil, bagian depan Kraton, Anda akan temukan porselen-porselen. Bagi yang melihatnya sekilas, yang terpikir mungkin hanya: itu hanya porselen kuno. Namun, jika mendekat, Anda akan punya keberanian berkesimpulan jika porselen-porselen itu kebanyakan bercorak Eropa. Ada poselen bergambar kincir. Semua tahu kincir identik dengan Belanda, karena orang mengenal Belanda sebagai Negeri Kincir Angin. Kincir Angin yang biasa dipakai di Negeri Belanda untuk berbagai keperluan tak pernah diterapkan di Indonesia.
Ada porselen bergambar sebuah rumah yang agak besar di tepi laut. Kita mengenal Belanda sebagai Negara maritim juga. Karena Negara maritim itulah Belanda bisa menguasai perairan dan daratan di Nusantara alias Indonesia. Diantara porselen itu, terdapat juga porselen bergambar kapal besar yang sedang berlayar.
Orang Belanda, yang datang demi rempah-rempah untuk mereka monopoli dan dagangkan dengan harga bagus, kemudian mendirikan VOC (Vereniging Oost-Indische Compagnie alias maskapai dagang Hindia Timur). Mereka datang dengan banyak kapal. Beberapa memastikan mereka datang dengan rombongan besar. Dimana tak hanya pedagang dan pelaut di dalam kapal-kapal itu, tapi juga rohaniawan, ahli bangunan, dokter, rohaniawan, juru masak, ahli geografi, dan pastinya serdadu-serdadu. Kapal-kapal besar itulah yang membawa cikal-bakal VOC yang menguasai nusantara. Maskapai ini usianya tak lebih dari 200 tahun. Berdiri tahun 1602, dan dinyatakan bangkrut pada 31 Desember 1799, karena krisis keuangan akibat sering perang dan kecurangan pegawainya.
Terdapat juga gambar serdadu-serdadu Belanda. Ada poselen dengan gambar yang serdadu memegang bedil kuno. Satu porselen dengan gambar serdadu memegang tombak. Mereka mengenakan pakaian ala Eropa, yang mungkin jadi trend sekitar abad XVI-XVII. Di zaman VOC, tak semua serdadu sewaan Belanda menggunakan pakaian yang benar-benar sama seperti gambar di porselen. Tak semuanya pula yang pegang bedil panjang. Serdadu sewaan atau serdadu bantuan VOC yang orang Indonesia umumnya hanya pakai senjata tajam non api: tombak, parang atau panah. Mereka banyak yang tak bersepatu. Umumnya juga bertelanjang badan.
Soal kenapa ada porselen-poselen itu ada di kraton? Kita bisa menebak ada hubungan antara Cirebon dengan Belanda. Bisa jadi porselen itu hadiah atau beli. Atau bagi yang tidak suka pada Belanda, mungkin akan berpikiran jika porselen itu pampasan perang. Porselen-porselen itu tentunya bukan buatan orang Cirebon dan pastinya tak mencerminkan kehidupan sehari-hari orang Cirebon. Apa maksud porselen-porselen itu dipajang, belum jelas. Apakah karena porselen itu barang mewah. Keluarga Ningrat memang kaya dan banyak koleksi perhiasan. Tak ada salahnya memajangnya di dinding kraton. Selain terlihat bagus tentu akan menaikkan prestis. Perkara itu mencerminkan kepribadian atau tidak, itu perkara nanti. Orang Indonesia mungkin tidak sadar: meski mulut mereka mendewa-dewakan Timur, tapi mereka tak sadar mereka lsering melakukan pembaratan dalam hidup mereka.