KNIL adalah didirikan pertama kali tahun 1830 ketika van den Bosch menjadi Gubernur Jenderal di Hindia Belanda. Selama puluhan tahun, KNIL dimata pemerintah kolonial di Batavia terbilang sukses dalam menumpas berbagai pemberontakan di nusantara—walaupun masih ada pemberontakan kecil yang terus meletup. Tujuan didirikannya KNIL jelas bisa ditebak, menegakan kekuasaan kolonial secara de facto atas Hindia Belanda dalam rangka memperkaya kerajaan Belanda dengan melakukan berbagai eksploitasi isi tanah Hindia Belanda. Penguasa lokal bisa menjadi penghalang rencana itu karena merasa terganggu. Hal itu bisa berbuah menjadi sebuah pemberontakan. Jadi tugas KNIL paling utama menghabisi perlawanan dalam negeri—didalam koloni Hindia Belanda—dan sebagai militer KNIL hanya difokuskan didalam negeri saja. KNIL bukanlah sebagai angkatan perang yang ditugaskan untuk menghadapi musuh dari luar
Perekrutan prajurit bawahan KNIL dilakukan hanya dibeberapa tempat saja di Hindia Belanda. Pemerintah kolonial, seperti memiliki kebijakan tidak tertulis, hanya merekrut prajurit KNIL dari daerah-daerah yang tidak terjadi pergolakan—atau setidaknya, selama beberapa waktu tidak memiliki permusuhan dengan pemerintah kolonial. pemuda-pemuda dari daerah-daerah sekitar Ambon, Menado, MInahasa adalah lokasi perekrutan ideal, sebelum akhirnya orang-orang Jawa dengan adanya basis militer Belanda di Gombong.
KNIL, dalam sejarah identik dengan suku Ambon yang dicap Belanda hitam—karena banyak yang melakukan Gelijkgesteld. Steriotip bahwa Ambon identik dengan KNIL telah banyak menjebak orang-orang untuk berpikir bahwa serdadu KNIL banyak yang berasal dari orang-orang Ambon. Sebenarnya sebagian besar serdadu KNIL berasal dari Jawa—saat itu Jawa sudahmenjadi pulau, juga suku, dengan populasi terbesar di Hindia Belanda. Hanya saja prajurit KNIL dari suku Ambon memiliki pengaruh dominan dalam KNIL.
Orang Ambon bersama orang-orang Menado dan Eropa lainnya adalah formasi terdepan dalam pertempuran. Orang-orang Ambon mungkin lebih dulu direkrut dalam dinas militer kolonial dibanding suku-suku lain di Indonesia—tercatat sejak zaman Kapitan Yonker. Karena hal ini orang-orang Belanda menganggap orang-orang Ambon loyal terhadap pemerintah kolonial—sehingga pemerintah kolonial memberikan orang-orang Ambon—seperti juga orang-orang Minahasa dan Menado—fasilitas yang lebih baik daripada prajurit KNIL dari suku lain.
Dalam pertempuran orang-orang Jawa, berada dibelakang barisan orang-orang Ambon, Menado dan Belanda. Karena formasi ini pula timbul pemikiran bahwa orang-orang Jawa tidak loyal—atau mungkin juga tidak mampu bertempur. Pemikiran macam ini jelas salah, banyak juga orang-orang Jawa terpilih untuk menjadi prajurit Marsose—pasukian khusus Belanda yang mampu bergerilya dan beradu klewang dengan pertempuran jarak dekat. Bukti ini dalam dilihat dalam kerkof (kuburan militer) di Aceh—terdapat nama-nama Jawa, Ambon, Menado yang gugur sebagai prajurit Marsose. Beberapa orang Jawa juga telah mendapatkan medali kehormatan militer Belanda atas keberanian mereka dalam pertempuran—Militaire Willemsorde kelas IV.
Jumlah tentara KNIL tahun 1945 adalah sekitar 60.000 personil. Dalam formasi KNIL saat itu, komposisi serdadu Ambon dan non Ambon secara keseluruhan adalah satu banding lima. Mereka tinggal dalam tangsi-tangsi bersama anak dan istrinya. Orang-orang Ambon yang masuk KNIL biasanya beragama Kristen Protestan.
Mereka juga tidak lagi mendapat gaji yang besar seperti ketika mereka bergabung dalam KNIL. Walau begitu, bekas KNIL ini justeru mendapat gaji besar dibandingkan dengan prajurit TNI yang lebih lama mengabdi dan hal ini pula yang menimbulkan kecemburuan dikalangan TNI sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar