Revolusi begitu hebat dan mampu merubah nasib beberapaorang. Kekacauan melahirkan kekosongan yang kemudian segera diisi orang baru.
Hilangnya orang Belanda dalam pemerintahan kemudian mulai diisi olehorang-orang Indonesia,yang hampir semuanya masih keturunan priyayi. Sementara di lapangan militer,hilangnya komandan-komandan Belanda, terganti dengan dengan perwira-perwira Indonesia,yang banyak diantaranya keturunan priyayi dan agak sedikit dari kalangan biasa.
Militer segera menjadi ajangmerubah nasib. Banyak orang kebanyakanbisa jadi perwira. Ada beberapa contoh macam ini: Mayor Dullah yang gugur diMaluku; Letnan Kolonel Imam Syafei yang pernah menjadi menteri; Timur Panebekas pencopet yang mengaku Jenderal di Sumatra Utara di masa revolusi; dan contohterbesar adalah Suharto.
Siapa Dulu Bapaknya?
Orang macam Abdul Haris Nasution, Alex Evert Kawilarang,T.B. Simatupang, Djatikusumo, Andi Muhamad Yusuf, Andi Matalatta, dan mungkinperwira tinggi lain di TNI tak terlalu mengherankan bisa jadi perwira di masamudanya dan kemudian jadi Jenderal di masa tua.
A.H Nasution bukan anak orang miskin pastinya.Di jaman kolonial, orang bisa sekolah adalah orang beruntung dan tercerdaskan.Soal dia pergi sekolah jalan kaki, itu hal lumrah. Bis sekolah atau angkotbelum ada di kampung pada tahun-tahun 1930an. Nasution bisa sekolah alaBelanda—dariHolland Inlandche School(HIS) atau Sekolah Belanda untuk pribumi yang semacam SD, lalu ke kweekschool sekolah guru.Alex Evert Kawilarang? Dia ayah dia seorangperwira KNIL dengan pangkat terakhir mayor. Darah militer mengalir di dalamdirinya. Alex mengaku dalam biografinya yang ditulis Ramadhan KH, dia merasaberuntung dengan posisi ayahnya yang Mayor KNIL. Setelah sekolah di SD elitbernama Europe Lager School (sekolahuntuk Eropa), Alex bisa masuk sekolah menengah Hogare BurgerlijkSchool (HBS) Bandung.
Tahi Bonar Simatupang, dia bukan anak pegawai pos rendahan.Posisi ayahnya memungkinkan dirinya bersekolah hingga sekolah menengah Belanda.Ini membuat T.B Simatupang sebagai pemuda cerdas dan paling cemerlang karirnyadi masa revolusi. Di usia 30 tahun, dirinya adalah Kepala Staf Angkatan PerangRIS. Meski dirinya tak sepopuler Jenderal besar Sudirman yang begitudimitoskan.
Andi Muhamad Yusuf dan Andi Matalatta, masih keturunanBangsawan Bugis. Mereka masih ada hubungan darah dengan Pahlawan Bugis palingdipuja, Arung Palakka. Mereka berdua bisa sekolah dengan baik hingga sekolahmenengah. Sayangnya, mereka berdua tidak perh masuk akademi militer. Nyaris takada pemuda asli Sulawesi Selatan masukakademi militer di jaman Kolonial. Andi Azis, yang masih sepupu jauh AndiMatalatta, mungkin satu-satunya orang Bugis yang pangkatnya paling tinggi diKNIL pun tak pernah masuk akademi militer. Dia memulai karir dari bawah, meskidia anak bangsawan. Karena kecakapan militernya, karena pernah dilatih sebagaipasukan khusus dan pernah terjun dalam front Eropa, juga kebutuhan akan perwirapribumi bagi kepentingan KNIL di Indonesia, dalam waktu tak lebih dari 8 tahunpangkatnya sudah Letnan.
Jadi, dimasa kolonial, posisi orang tua baik secara ekonomis maupun politis begitumempengaruhi pendidikan anak lelaki mereka. Yang orang tuanya terpandang, akanbisa bersekolah dengan baik. Yang biasa-biasa saja orang tuanya, cukupbersyukur dengan belajar 3 tahun di Volkschool(Sekolah rakyat) yang kadang disebut sekolah desa. Pendidikan tentumempengaruhi karir di masa depan.
Revolusi Indonesiayang Heibat
Tentara nasional yang baru dimiliki Indonesia lalu menyerap banyakpemuda dan orang terpandang untuk bergabung. Mereka lalu menjadikomandan-komandan. Bisa dibayangkan betapa kacaunya. Ada bocah macam Slamet Riyadi, yang usianyabelum genap 20 tahun harus memimpin ratusan prajurit. Hal ini sepertinyaterjadi pula pada Andi Sose asal Enrekang yang menjelang tahun 1950an menjadikomandan batalyon di Sulawesi Selatan.
Hebatnyarevolusi Indonesiabisa menjadikan jagoan terkenal dari dunia hitam macam Imam Syafei yang kondangdi Senen menjadi orang baik-baik karena dia menjadi Kapten TNI yang seringdiberitugas khusus. Konon katanya dia buta huruf dan pernah masuk penjaraanak-anak. Pemerintah orde lama sukses membina Imam Syafei yang kemudian menjadiMenteri urusan keamanan Ibukota di masa kabinet 100 menteri. Dia dikenalsebagai menteri copet.
Revolusijuga membuat raja copet macam Timur Pane berani mengangkat diri jadi Jenderal.Meski pasukannya barangkali tak lebih dari satu resimen. Petinggi tentara tentupusing dalam mengurus tentara yang kacau dari sisi rekrutmen dan kepangkatan.Belum lagi memikirkan latihan dan kesejahteraan yang nyaris tak mungkindilakuka bagi seluruh tentara RI. Banyak orang seenaknya menaikan pangkatnya.Konon Moestopo pernah mengangkat diri jadi menteri. Timur Pane tentu the realNagabonar.
Jaditentara barangkali keterpaksaan bagi banyak pemuda. Tak ikut tentara bisa takada kawan, karena semua pemuda nyaris jadi tentara. Entah tentara reguler ataulaskar perjuangan. Yang penting pegang senjata! Tak ikut tentara, bisa-bisadituduh mata-mata Belanda atau AndjingNICA.
Bagi segelintir pemuda menonjol, meski pendidikan formalnyatak jelas, mereka bisa menjadi komandan. Jadi Letnan, Kapten atau Mayor lebihbaik. Dullah salah satunya. Dia bisa jadi Mayor, bahkan bisa mempersuntingperempuan terpandang. Nasib serupa dialami Suharto.
Suharto,sekolahnya tak jelas. Dia menyelesaikan SD, namun tak selesai di sekolahmenengah. Kualitas SD, Suharto tak seperti HIS atau ELS. Pendidikanformal Suharto jelas kurang untuk jadi perwira. Suharto banyak balajar soalmiliter setelah dirinya mulai gabung di KNIL. Dengan cepat dia jadi kopral laluSersan dalam kurun waktu 2 tahun. Dengan kemampuannya dia bisa jadi KomandanKompi di akhir pendudukan. Suharto adalah contoh nyata seorang militer yang melesat seperti meteor karirnya. Memulai dari bawah lalu naik dengan cepat. Dari kopral sampai mayor Jenderal sebagai militer, dengan jabatan terakhir menteri Angkatan Darat atau setara KSAD. Lalu pangkatnya naik sebagai Jenderal sebagai Presiden Indonesia. Belakangan dipuja berlebihan sebagai Jenderal besar bintang lima yang patut dipertanyakan sumbangannya bagi militer Indonesia. Tapi Jenderal AD berwatak Jenderal Amerika latin tentu bangga pada Suharto yang posisikan Angkatan Darat sebagai angkatan utama dalam militer Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar