Barangkali, kaum kolonialis rasis harus menangis karena ada darah pribumi yang ikut memimpin Hindia Belanda. Bahkan posisinya adalah Legercommandant KNIL.
Namanya Gerardus Johanes Barenschoot. Karena dia orang penting di Koninklijk Nederlansch Indisch Leger (Tentara Kerajaan Hindia Belanda: kita singkat saja KNIL), maka namanya harus disebut juga dalam sejarah militer Hindia Belanda. Gedenkschrift Koninklijk Nederlansch Indisch Leger (1830-1950) mencatat nama dan kiprahnya sebagai perwira KNIL. Terlahir sebagai anak perwira KNIL. Ayahnya Letnan Kolonel Geritts Hendrik Barenschoot. Ibunya adalah Florance Mildred Rappa. Di kota Solok, Sumatra Barat, pada 24 juli 1887, dia terlahir. Hidup sebagai anak perwira KNIL tentu membuatnya terbiasa dengan kehidupan militer Hindia. Prajurit dan perwira KNIL terbiasa berpindah-pindah tugas. Sejak kecil, Barenschoot tentunya terbiasa.
Barenschoot mungkin tak terlalu merasakan nikmatnya jadi anak kolong seperti dalam Burung-burung Manyar karya Romo Mangun. Karena anak pejabat Eropa, sudah tentu Barenschoot muda bisa sekolah hingga di SMA macam Hogare Burger School. Di usia yang ke 15 tahun, dia dikirim ke Negeri Belanda. Tentunya juga memenuhi harapan orang tua terpandang masa itu, agar anaknya dapat pendidikan yang layak. Dia sempat belajar ke di Sekolah Kadet Alkmaar lalu masuk Koninklijk Militaire Academie (Akademi MIliter) Breda. Lulus dari sana pada tahun 1907, Barenschoot jadi Letnan Dua KNIL. Dirinya pernah berdinas di Aceh yang penuh bahaya bagi KNIL Belanda, pada 1910-1915. Setelahnya dia pernah dikirim ke Hogare Krijgschool, semacam sekolah lanjut perwira. Karir militernya tergolong baik. Dia dianggap sebagai orang yang paham organisasi. Ini tidak mengherankan, karena Barenschoot adalah lulusan no satu di angkatannya waktu di KMA Breda. Dia dikenal sebagai perwira yang cerdas, seperti halnya Spoor. Tahun 1934, setelah 27 tahun dinas di KNIL, akhirnya Barenschoot diangkat menjadi Kepala staf (Jenderal) KNIL, semacam orang nomor dua di KNIL. Dia mengisi posisi ini cukup lama, hingga tahun 1939. Sementara orang nomor satu di KNIL alias panglima tertinggi KNIL atau Legercommandant adalah M Boerstra. Kemungkinan pangkat Barenschoot Jendral Mayor, karena Legercommandant berpangkat Letnan Jenderal.
Tahun 1939, Barenschoot pun jadi orang nomor satu di KNIL. Dia adalah Legercommandant KNIL pertama yang punya darah pribumi. Ketika Barenschoot menjadi legercommandant, 1940, Negeri Belanda diduduki Jerman. Dan Barenschoot harus kerjakeras menghadapi ancaman yang bakal timbul dari Jepang di Pasifik. Delegasi militer Inggris dan Amerika dalam konferensi senang sekali pada Barenschoot yang mewakili HIndia Belanda. Setelah dua tahun menjabat Legercommandant, Barenschoot tutup usia karena kecelakaan pesawat pada oktober 1941 di Kemayoran, Betawi. Kemungkinan dia dimakamkan di sekitaran Batavia.
Kalangan Indo—yang statusnya lebih rendah dari Belanda totok namun tak mau disamakan dengan pribumi biasa—tentu saja sangat senang. Meski secara hukum Barenschoot diakui sebagai orang Belanda, dia masih punya sedikit tetesan darah pribumi dalam tubuhnya. Hal ini nampaknya tidak disukai orang-orang Belanda yang anti dengan orang-orang Indo Belanda yang mulai cerewet Hindia Belanda, baik pada pemerintah colonial Belanda maupun kaum pribumi. Mereka merasa jika Hindia Belanda adalah tanah air kaum Indo. Dalam strata tertinggi militer Belanda, khususnya KNIL, Barenschoot dianggap orang Indo pertama. Ada setetes darah keturunan orang pribumi dalam KNIL yang rasis. Dimana mayoritas pribumi hanya bisa jadi spandrig (prajurit) lalu sedikit kopral dan lebih sedikit lagi sersan, apalagi Letnan. Paling tingga orang Indonesia hanya jadi Letnan Kolonel di dinas kesehatantentara regular, bukan posisi komandan satuan tempur. Orang-orang rasis perancang kolonialis yang ingin kemurnian ras dalam struktur komando atau pemerintah HIndia Belanda nampaknya harus menangis karena tak bisa menghindari darah pribumi Barenschoot masuk dalam hirarki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar