Di sekolah sejarah seperti menjadi kitab keramat yang membosankan. Terserah orang bilang sejarah membosankan dan tidak berguna. Ada dua kemungkinan alasan mereka berkata begitu, pertama mereka bodoh dan kedua mereka bukan manusia. Umumnya orang berpikir manusia tidak menyejarah, padahal manusia itu hidup dilingkupi sejarah. Tanpa manusia tidak akan ada sejarah dunia.
Tidak ada Manusia hidup tanpa sejarah. Hanya orang orang bodoh yang tidak setuju pernyataan tadi. Orang selalu terjebak bahwa sejarah sebagai hapalan memuakan dan membosankan di sekolah. padahal sejarah itu apa saja yang dialami kita semua dalam hidup. Termasuk apa yang kita lakukan beberapa menit yang lalu. Belajar sejarah tidak harus menghapal tanggal peristiwa besar, sebab sejarah mencakup semua, termasuk sejarah kecil yang unik.
Sejarah dalam pembelajarannya di Indonesia telah dihancurkan begitu rupa. Dimana para siswa selalu dijebak dengan sejarah elitis.Hal ini semakin menjauhkan siswa dari kehidupan riilnya. Hanya ada Jenderal Sudirman, Sukarno, Suharto atau tokoh nasional siapalah.
Sejarah sebagai ilmu humanis tidak pernah dipaku untuk hanya mengkaji hal besar. Banyak hal kecil yang sebenarnya mempengaruhi kehidupan manusia. Belajar sejarah sebenarnya berusaha membuat manusia menjadi arif, bukan sekedar menjadi hapal semua hal yang ada di buku sejarah. Apalagi yang ada di buku sejarah milik penguasa.
Menjadi bijak tidak perlu belajar dari tokoh besar semata. Belajar dari tuykang becak pun bisa membuat kita menjadi manusia humanis, yang juga memiliki kearifan. Ini lebih baik dibandingkan dengan belajar dari tokoh besar yang diagungkan, dimana banyak hal disekitar tokoh itu dimanipulasi. Artinya tokoh besar lenbih banyak dilingkupi kebohongan sejarah. Sudah waktunya pembelajaran sejarah Indonesia keluar dari meanstream sejarah orang besar. Sudah waktunya menilik sejarah kecil. Bukan lagi menghafal yang ditekankan dikelas, melainkan menangkap sisi yang manusiawi dari sejarah, peristiwanya, tokohnya dan apa saja yang melingkupinya.
Pembelajaran sejarah yang ada juga tidak jarang mematikan kreasi siswa. Sudah waktunya siswa memiliki sejarahnya sendiri. Biarkan anak tukang becak memahami sejarah tukang becak, atau sejarah apapun yang ingin dikajinya dan jangan pernah memaksakan padanya sesuatu yang sudah dikultuskan oleh otoritas penguasa yang selalu menjadikan sejarah sebagai alat. Ingat hidup adalah memilih. Siswa yang tidak mendapat nilai bagus di kelas bukanlah manusia yang buruk.
Mempertahankan apa yang terjadi diruang kelas saat ini akan membuat siswa seperti robot. Tujuan pendidikan untuk memanusiakan manusia dipastikan gagal dimasa depan. Jangan bertanya bila suatu hari nanti siswa-siswa akan berkata "We Don't need no education!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar