Senin, September 02, 2013

Jejak Sekolah Guru Pelaut

Banyak peristiwa penting terjadi dikawasan yang dulu disebut Kampemen KIS. Pernah ada Sekolah guru pelaut dan akhirnya tetap jadi tangsi lagi.
Sore terakhir saya habiskan dengan mengunjungi tempat penting di kota Makassar. Sebelum mengunjunginya, saya pernah menulis soal peristiwa penting di kota ini, termasuk tempat yang dulunya pernah disebut sebagai kampemen KIS. Beruntung saya bisa mengunjunginya.
Dulunya, di tahun 1924 jalan ini bernama Strand Weg. Kawasan ini tak jauh dari laut. Kawasan ini adalah kawasan vital bagi Angkatan Laut Belanda di Makassar. Betapa tidak, ada bangunan dan sekolah penting bagi masa depan palayaran Belanda disini.
Sekolah Guru Pelayaran Makassar (1924)
Sekolah Guru Pelayaran Makassar (1924)
Dalam sebuah foto dari Tropen Museum yang diambil pada 20 April 1924, ada seorang pelaut menenteng senapan laras panjang berjaga di depannya. Pelaut bersenjata itu nampaknya orang pribumi. Bisa dipastikan jika sekolah guru pelayaran ini milik Angkatan Laut Belanda. Di atas pintu gerbang terdapat tulisan, Kweekschool voor Inlandsche Schepelingen, yang bisa diartikan sebagai Sekolah Guru Pelayaran Pribumi.
Saya lalu teringat koran tua yang pernah saya bongkar 2007 silam. Pewarta Makassar menulis:  Letnan Goozsen, perwira Angkatan Laut Hindia Belanda yang tinggal di Bogor, mendapat perintah agar membantu petinggi militer Hindia untuk mendirikan sekolah pelaut di Hindia Belanda yang akan dibangun di Padang dan Makassar.
Rencananya, Orang-orang pribumi yang lulus dari sekolah pelaut itu akan ditempatkan di kapal perang yang menjaga perairan Hindia Belanda—yang sekarang menajdi perairan Indonesia. Tujuan dari perekrutan orang-orang prinbumi tidak lain untuk mengurangi ketergantungan dari pelaut yang diambil dari negeri Belanda. Wilayah koloni Hindia Belada yang demikian besar--dimana lautannya lebih luas dibandingkan daratannya, maka armada laut yang menjaga lautan sangatlah penting sekali. (Pewarta Makassar, 20 Februari 1914)
Harap maklum, sedari dulu sejak ratusan tahun silam, kota Makassar memang kota pelabuhan penting, setidaknya di Indonesia bagian timur. Jazirah selatan Sulawesi tak hanya dikenal sebagai pusat pelayaran saja, sebuah kitab hukum Laut pun bernama Amanna Gappa, diambil dari nama salah orang Bugis Wajo yang menyusunnya.
Bekas kampement KIS akhirnya jadi markas Zeni Tempur
Bekas kampement KIS akhirnya jadi markas Zeni Tempur
Sekarang, bangunan sekolah itu masih ada meski ada perubahan sedikit. Namun bukti jika itu bekas sekolah pelayaran kolonial masih tersisa. Sekarang, gedung yang terletak di Jalan Rajawali itu, telah menjadi markas dari Batalyon Zeni Tempur 8 SMG. Sebelumnya, daerah pernah menjadi tangsi KNIL yang disebut kampement KIS (tangsi KIS).
Tahun 1950, di kawasan ini pernah terjadi pertempuran antara TNI dari Jawa dengan KNIL yang tak rela Makassar berada di tangan TNI--ketika Peristiwa Andi Azis bergolak membakar kota ini. Ketika menulis soal Andi Azis saya mulai familiar dengan nama kampement KIS. Belakangan saya baru paham mengapa namanya adalah kampement KIS, ternyata karena dulunya bekas sekolah pelayaran KIS tadi.
Entah kapan berubah jadi tangsi tentara, saya belum tahu, hanya saja di jaman perang kemerdekaan di sekitar bekas area sekolah ini jadi tempat berkumpul tentara Belanda. Ada yang mengatakan ada bunker di sekitar tempat ini.     
Rumah Tahanan Militer. Mungkin Walter Monginsidi pernah ditahan disini
Rumah Tahanan Militer. Mungkin Walter Monginsidi pernah ditahan disini
Tak jauh dari bekas kampement KIS ini terdapat rumah tahanan militer. KOnon katanya, Walter Manginsidi pernah ditahan di sekitar kampement KIS. Bisa jadi disinilah tempat Walter Manginsidi yang doyan kabur dan sebenarnya enggan menyerah pada Belanda itu ditahan.  Kawasan Jalan Rajawali, seperti juga beberapa kawasan lain adalah kawasan penting bagi kota Makassar di masa lalu. 
Sayang sekali, gedung ini bukan jadi sekolah pelaut yang sedianya bisa menjaga lautan Indonesia yang luas dan sering dicuri kekayaan lautnya.

Tidak ada komentar: