Merdeka itu butuh aksi. Juga pengorbanan
Pada 13 November 1945: Demonstrasi
rakyat Balikpapan di Karang Anyar, mengibarkan bendera merah putih. Demonstrasi
ini dipelopori oleh rakyat Komite
Indonesia Merdeka (KIM) pimpinan Abdul Mutalib. Mereka menuntut, agar Belanda
angkat kaki dari Indonesia .
Pidato Abdul Mutalib yang berapi-api soal penolakan terhadap Belanda di
Indonesia yang baru merdeka itu membuat
dirinya ditangkap. Akhirnya, Husein Yusuf membubarkan demonstrasi itu
menghindari kerusuhan yang dirasa akan merugikan semangat perlawanan terhadap
Belanda. Demonstrasi bubar teratur tanpa kekacauan. Sorenya, Abdul Mutalib yang
ditangkap pihak berwenang pun dibebaskan, lalu di buang ke pulau Jawa.[1]
Sesekali terjadi aksi berani terhadap
Belanda. Pada 18 November 1945, terjadi pelemparan granat di sentral NICA,
Kampung Baru, Balikpapan .
Dilakukan oleh Misbach dan Sabrie.[2]
Kaum pendukung kemerdekaan terus
memperkuat diri. Pada 29 November 1945, Fonds Nasional Indonesia (Foni)
didirikan, dipimpin Aminuddin Nata, Mas Saraman, dan S. Mawengkang.
NICA yang mulai menguasai Kalimantan
Timur. Pengibaran bendera merah putih dilarang. Konferensi tentang kerajaan
Kutai diadakan pada 17 Desember 1945. Dimana dibahas jika Kutai dibagi 5
Kepatihan: Kutai Selatan berpusat di balikpapan ;
Kutai Timur berpusat di Samarinda; Kutai Barat berpusat di Tenggarong; Kutai
Tengah berpusat di Muara Muntai; Kutai
Ulu berpusat di Long Iram. Keputusan ini
baru diwujudkan tahun 1946. [3]
Kaum pro kemerdekaan pun menjadi
bahan pengawasan bagi aparat NICA. Di
Samboja seorang mantan Gerindo bernama Djohan ditangkap NICA atas tuduhan
kepemilikan senjata api. Di Balikpapan, Hasan Yusuf, yang juga mantan
Gerindo, ditangkap NICA juga. Keduanya dulu aggota Gerindo.
Senjata api, sering dijual Tentara Australia yang berhasil merebut Balikpapan . Tentara Australia , sebelum meninggalkan Balikpapan
sering menjual apa saja yang bisa mereka jual kepada warga Balikpapan yang kurang sandang, pangan,
bahkan kelambu, pasca Perang Pasifik. Pakaian militer Australia pun tak ada masalah ketika dipakai
orang sipil di Balikpapan
selama tidak mengenakan tanda pangkat. [4]
Pada 6 Mei 1946, Kubu pertahanan
Belanda Bronbeek (RSU Balikpapan, lahan Puskib) digempur pasukan Abdurrahman
Muhidin dan Limpat (HA Talib). Sebulan kemudian, 5 Juni 1946, Partai Ikatan
Nasional Indonesia didirikan di Balikpapan .
Ketuanya Aminuddin Nata. Sebulan kemudian, pada 6 Juli 1946, Pasukan Limpat di
Tanjung Batu, Balikpapan ,
diserang patroli BElanda. Pada 11 Juli 1946, Di Kampung Sepaku (PPU) pasukan
Limpat dan pasukan Abdurrahman Muhididn diserang tentara Belanda. Pada 16 Juli
1946 Pasukan pecahan dari Muhidin/Limpat diserang di Kampung Riko (PPU) dan mundur
ke Paser. Pada 14 Agustus 1946, Pasukan Limpat dan Abdurrahman Muhidin diserang
di Paser. Sejumlah pejuang gugur. di Balikpapan, JF Sitohang dan Ny Suwito
membakar gudang NIGIO yang berisi hasil bumi untuk diekspor. Keduanya
ditangkap di balikpapan .
Pada 7 November 1946, Pasukan Anang Acil dkk menyerang Kamp Werk Kompie di
Jembatan Bungkuk. Pada 11 November 1946, Markas Anang Acil di Kampung Damai, Balikpapan , diserang
BElanda. Empat pejuang dan tujuh penduduk tewas. [5]
Aksi-aksi terus berlanjut, pada 30
November 1946, terjadi Pelemparan granat di Manila Club di Muara Rapak
yang epnuh tentara Belanda. Granat tidak meledak, tapi banyak yang tewas
terinjak-injak. Kemudian, pada 1 Desember 1946, Seorang mata-mata Belanda mati
dalam penyerbuan di Gunung Air Terjun. Polisi rupanya menyelidiki pelemparan
granat di Manila Club.
Tanggal, 4 Desember 1946, Herman
Rutambi berhasil melucuti patroli polisi di Sungai Wain, Balikpapan . Herman bergabung dengan pasukan
Kasmani di Gunung Samarinda. Essok harinya, 5 Desember 1946, Penguasa militer
Belanda melarang orang berjalan bergerombol lebih dari lima orang. [6]
Tanggal 10 Desember 1946, Tangsi Loc
di Pandasari dan tangsi polisi NICA di Gunung Pipa, Balikpapan , diserang pasukan merah putih.
Tanggal 11 Desember 1946, Bentrokan pasukan merah putih dengan serdadu Belanda
di Muara Rapak. Tiga penduduk terkena peluru nyasar.
NICA tentu bertindak keras kemudian,
pada 12 Desember 1946, Polisi NICA dibantu militer menyerang pasukan merah
putih di Gunung Samarinda, Balikpapan .
Seorang polisi NICA ditawan. Tanggal 14 Desember 1946, dengan senjata berta dan
empat truk pasukan, Belanda menyerang pasukan Merah Putih di Gunung Samarinda.
Pejuang mundur ke Kampung Damai. [7]
Tanggal 15 Desember 1946, Markas
pejuang di Kampung Damai, Balikpapan .
Puluhan pejuang Republik ditangkap. Esoknya, 16 Desember 1946: Pasukan Herman
Ruturambi dan kawan-kawan yang lolos dari Kampung Damai kembali diserang di
Gunung Bakaran, Balikpapan .
Hingga tersisa lima
pejuang, termasuk Herman, mereka mundur ke Handil Dua.
Tanggal 20 Desember 1946, Jip militer
Belanda menggeledah rumah penduduk di Samboja termasuk kepala penjawat (camat)
Abdul Gani. Ketika pulang ke Markoni, jip disergap pejuang. Seorang militer
Belanda berpangkat vaandrig tewas.[8]
Kedua ada Jembatan Merah di
Balikpapan, masih di zaman perjuangan kemerdekaan sekitar tahun 1945-1947,
Jembatan Merah ini juga menjadi saksi bisu pertempuran para pejuang
Balikpapan. [9]
[1]
Abdul Gani, Kronik Perjoangan Rakyat Kalimantan
Timur, Samarinda&Jakarta, Jakarta Kaltim Group, 1993, hlm. 17.
[2] Abdul Gani, Kronik Perjoangan Rakyat Kalimantan
Timur, Samarinda&Jakarta, Jakarta Kaltim Group, 1993, hlm. 19.
[3] Abdul Gani, Kronik Perjoangan Rakyat Kalimantan
Timur, Samarinda&Jakarta, Jakarta Kaltim Group, 1993, hlm. 19.
[4] Abdul Gani, Kronik Perjoangan Rakyat Kalimantan
Timur, Samarinda&Jakarta, Jakarta Kaltim Group, 1993, hlm. 20-30.
[5] Abdul Gani, Kronik Perjoangan Rakyat Kalimantan
Timur, Samarinda&Jakarta, Jakarta Kaltim Group, 1993, hlm. 20-30.
[6] Abdul Gani, Kronik Perjoangan Rakyat Kalimantan
Timur, Samarinda&Jakarta, Jakarta Kaltim Group, 1993, hlm. 20-30.
[7] Abdul Gani, Kronik Perjoangan Rakyat Kalimantan
Timur, Samarinda&Jakarta, Jakarta Kaltim Group, 1993, hlm. 20-30.
[9] Abdul Gani, Kronik Perjoangan Rakyat Kalimantan
Timur, Samarinda&Jakarta, Jakarta Kaltim Group, 1993, hlm. 20-30.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar