Dahulu kala KNIL punya satu pasukan di Balikpapan. Semua tinggal cerita yang hilang karna nyaris tanpa bekas
Buku Gedenschriften Koninklijk Nederlandsch Indische Leger1830-1950 halaman 64, memberi sedikit tulisan tentang KNIL. Ada sebuah Batalyon Infanteri KNIL, yakni Batalyon Infanteri VI di tahun 1935. Di tahun, 1935 itu, mereka melakukan upacara kemiliteran di sebuah lapangan di Balikpapan. tak disebutkan lapangan mana. Ada dua kemungkinan: pertama di lapangan depan tangsi mereka di pertigaan Balikpapan Plaza sekarang; kedua di Lapangan BPM (yang sekarang bernama Lapangan Merdeka). Dua lapangan itu terhitung tak begitu jauh dari tangsi mereka. Tak diketahui ada berapa lapangan di Balikpapan pada tahun 1930an.
Di tahun 1940, setelah Negeri Belanda diduduki Jerman dan bahaya semakin mengancam di Hindia Belanda, balikpapan menjadi kota penting yang harus dilindungi. Banyak pengamat sejarah mengatakan pentingnya balikpapan yang merupakan kota minyak. Sebagai kota minyak, Balikpapan menyediakan banyak minyak untuk menjalankan mesin, termasuk mesin kendaraan militer. Balikpapan jelas bisa menjadi pintu masuk bagi balatentara Jepang untuk menduduki Jawa dan selatan Indonesia lainya. Ketika Armada Selatan kedua Angkatan Laut Jepang menduduki Balikpapan dan sekitarnya, maka posisi Hindia Belanda terjepit dan Angkatan Darat Jepang bisa lebih aman bergerak ke Jawa dan daerah selatan lainnya. Karenanya balikpapan benar-benar dijaga.
Ketika KNIL dikalahkan Tentara Jepang, banyak diantara mereka yang jadi tahanan. Beberapa diantara mereka terbunuh. Seorang Letnan KNIL pribumi di Balikpapan adalah Hamid Algadrie alias Max. Dia keturunan Kesultanan Pontianak. Max lulusan Akademi Militer Breda. Istrinya kala itu adalah wanita Belanda. Di Balikapapan, Max berdinas di sana dengan ditemani istrinya. Kemungkinan mereka tak tinggal jauh dari tangsi KNIL di Klandasan. Max beruntung, dia selamat dari keganasan Jepang. Belakangan diangkat menjadi Sultan Pontianak dengan gelar Sultan Hamid II. Dia bahkan diberi pangkat Kolonel kehormatan dengan jabatan Ajudan istimewa Ratu Belanda.
Kekuatan KNIL bangkit lagi setelah tahun 1945. DI Balikpapan sendiri kemudian dibentuk lagi Batalyon Infanteri II KNIL. Batalyon ini diperkuat lagi di Jakarta kemudian. Anggota batalyon kemungkinan juga berasal dari bekas tawanan perang, yang diantaranya mantan KNIL. Ada kalanya, KNIL juga rekrut orang pribumi lagi yang dilatih dari nol. September 1946, di Balikpapan dibentuk lagi Batalyon Infanteri XIV KNIL. Mereka kemungkinan beroperasi di sekitaran Kalimantan Timur, begitu yang disebut dalam Gedenschriften Koninklijk Nederlandsch Indische Leger 1830-1950 halaman 56.
Setelah itu Batalyon Infanteri XIV pindah dari Balikpapan. Pasukan di Balikpapan diganti pada akhir 1949. Pasukan Batalyon Infanteri V Andjing NICA mendarat di Balikpapan. Pasukan ini berpusat di Balikpapan sebagai markas Batalyonnya. Tak semua pasukan di Balikpapan: Kompi Pertama disebar ke Sanga-sanga dan Anggana; Kompi kedua: ditempatkan di Sepinggan, dekat dengan lapangan udara; Kompi Ketiga di Samboja; Kompi keempat dan kelima berangkat ke Tarakan dan sekitarnya. Batalyon ini terbilang ganas semasa di Jawa. Mereka itu menyerang sekitar Jogja dari arah barat. batalyon ini tak lama di balikpapan. Mereka lalu bubar. Sebagian anggotanya ada yang bergabung dengan TNI pada 1950. Letnan Smit adalah salah satu perwira yang bergabung dengan TNI. Begitu menurut buku Het ANDJING NICA (KNIL) in Nederlands-Indie (1945-1950).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar