Seminggu yang lalu, seorang murid yang tidak pernah saya temui lagi selama berbulan-bulan muncul di dunia maya dengan foto-fotonya. Saya mengira, dalam foto itu dia memakai baju bodo, tapi kemudian saya tidak yakin karena samar-samar. Saya tidak peduli, tetap saja pikiran saya terus tertuju pada baju bodo.
Baju bodo berbentuk segi empat, biasanya berlengan pendek, yaitu setengah atas bagian siku lengan. Baju bodo juga dikenali sebagai salah satu busana tertua di dunia.[1] Baju bodo dikenal sebagai pakaian adat bagi wanita Sulawesi Selatan, baik Bugis maupun Makassar. Sedangkan Lipa’ sabbe adalah sarung sutra, biasanya bercorak kotak dan dipakai sebagai bawahan baju bodo.[2]
Belum saya temukan catatan sejak kapan baju bodo mulai dikenakan wanita Bugis dan Wanita Makassar. Apa mungkin sudah ada di zaman La Galigo (karya sastra Bugis yang legendaris itu) diciptakan. Bisa dipastikan dari catatan James Broke, seorang petualang Inggris yang kemudian menjadi raja di Serawak, bahwasanya baju bodo sudah dipakai sebelum 1840. Broke menulis:
“Perempuan (Bugis) mengenakan pakaian sederhana… Sehelai sarung (menutupi pinggang) hingga kaki dan baju tipis longgar dari kain muslin (kasa), memperlihatkan payudara dan lekuk-lekuk dada. Rambut mereka panjang dan hitam, biasanya ditarik kebelakang dengan ketat dan kondenya berdiri ke atas. Perempuan bangsawan dan perempuan pengawalnya, berkuku panjang dengan ‘sarung kuku’ amat mewah.” (catatan perjalanan James Broke ke Sulawesi Selatan tahun 1840).[3]
Lebih lanjut Broke menggambarkan bahwa wanita bugis mengenakan blus transparan warna-warni model kuno, yang dikenal sebagai baju bodo. Di masalalu, warna dianggap mewakili kelompok tertentu. Hijau untuk bangsawan. Putih untuk pengasuh anak bangsawan. Kuning untuk dukun. Aturan soal warna dianggap sebagai tahapan kehidupan (usia). Berdasar catatan Christian Pelras, aturan soal warna masih berlalu hingga tahun 1970an.
Selain itu ada warna merah jambu untuk wanita yang belum menikah. Merah muda bagi yang sudah menikah. Merah tua bagi yang sudah melahirkan anak pertama. Hitam bagi wanita yang sudah tua. Semakin gelap warna baju bodo semakin tebal kainnya. Gadis-gadis kecil dimasa lalu, mungkin bertelanjang dada hingga memasuki akil balig. Mereka baru memakai bodo ketika ripang’ala (upacara mengenakan baju pertama kali).[4] Warna jingga adalah warna baju bodo untuk anak berusia sekitar 10 tahunan.[5]
Tahun 1930an, ketika BH belum diperkenalkan, baju bodo merang jambu yang terbuat dari bahan kain yang transparan, membuat payudara wanita yang memakainya terlihat. Begitu yang tergambar dalam foto yang diambil orang-orang Belanda, yang sekarang sepertinya tersimpan dalam Troepenmeuseum, sebuah Museum militer, di Negeri Belanda.
Saya kira banyak wanita hebat dari Sulawesi Selatan, seperti Basse Kajuara (raja Wanita Bone) atau We Tenriolle (Raja wanita Tanette), memakai pakaian ini dimasa lalu. Dimana mereka terlihat anggun karenanya. Juga banyak wanita Bugis atau Makassar lainnya
Baju bodo terus terpelihara. Pakaian ini kerap dipakai untuk acara adat seperti upacara pernikahan. Tetapi kini, baju bodo mulai direvitalisasi melalui acara lainnya seperti lomba menari atau acara penting lainnya. Termasuk juga menyambut tamu agung.[6]
Hingga kini, baju bodo jadi pakaian kebanggaan wanita Sulawesi Selatan. Bersama baju bodo mereka terus memelihara kebudayaan mereka. Jelasnya baju bodo membuat mereka terlihat cantik.
[1] Baju Bodo, Salah Satu Busana Tertua di Dunia, Suara Pembaruan: http://www.suarapembaruan.com/News/2007/11/18/Gaya/gaya02.htm.
[2] Andi Tenriadjeng, Mencari Perempuan Bugis, Kompasiana; http://umum.kompasiana.com/2009/06/21/mencari-perempuan-bugis/
[3] Saya kutip kembali dari Christian Pelras, Manusia Bugis, Jakarta, Nalar, 2005, hlm. 271. Kutipan ini juga saya masukan dalam tulisan panjang saya yang termuat dalam buku 7 Ibu Bangsa terbitan Indonesia Buku tahun 2008.
[4] Christian Pelras, op. cit., hlm. 272.
[5] Andi Tenriadjeng, loc. cit.
[6] Bangga dengan Pakaian Adat, Harian Ujungpandang Ekspres: http://www.ujungpandangekspres.com/view.php?id=25344&jenis=Life
1 komentar:
Hi. I need to research pre-islamic buginese religious beliefs (and society and clothes) do you have any idea where I could start?
Posting Komentar