Senin, Agustus 08, 2011

Menjaga Laut

Kita punya laut luas dan kaya. Apakah kita bisa menjaganya?

“Seekor keledai tidak akan jatuh pada Lubang yang sama,” setidaknya itulah kata orang Belanda. Mereka berusaha untuk tidak menjadi lebih bodoh dari keledai. Mereka tahu keledai dianggap binatang bodoh. Meski bodoh, keledai selalu belajar.

Tidak sia-sia. Hampir semua orang Indonesia tahu bahwa orang-orang Belanda yang datang ke Nusantara dibawah panji-panji VOC[1], berhasil menguasai Indonesia. Nasib yang malang bagi nusantara, karena dikuasai sebuah perusahaan. Apalagi perusahaan penguasa nusantara itu jumlah personilnya tidak sebanyak orang-orang Indonesia yang dikuasainya. Apa orang-orang Belanda itu terlalu pintar atau orang-orang Indonesia itu terlalu baik hati untuk dikuasai.

Mengapa Terjajah

Ada pertanyaan mengapa orang Indonesia dijajah orang Belanda? Jawaban dalam buku pelajaran disekolah adalah, karena orang Belanda memakai Devide et Impera alias politik belah bambu. VOC hanya memanfaatkan perpecahan diantara para penguasa di Indonesia di nusantara. Dan memang, berseteru di nusantara adalah hal biasa. VOC tidak perlu terlalu pusing membuat perpecahan, karena perpecahan itu sudah ada. Bahkan di sebuah kerajaan pun beberapa Bangsawan pun bisa diadu domba.

Politik belah bambu memang strategi yang bagus. Tapi itu bukan strategi utama apalagi penyebab utama orang-orang Belanda menguasai Indonesia. Politik belah bambu saja belum cukup untuk menguasai Indonesia. Ketika orang-orang Belanda datang ke nusantara, tidak ada kerajaan besar di nusantara yang benar-benar menguasai lautan.

Setelah Gajah Mada tiada dan runtuhnya Majapahit, kerajaan-kerajaan di nusantara mulai mengabaikan kekuatan laut. Tidak ada federasi kerajaan-kerajaan kecil yang mau menjaga lautan nusantara. Sebagian laut, akhirnya menjadi arena merampok bagi para bajak laut. Akhirnya, laut juga yang menjadi jalan bagi masuknya Imperialisme barat. Dimulai dari kedatangan Cornelis de Houtman yang kemudian disusul orang-orang VOC lainnya.

Orang-orang Indonesia melupakan dan tidak tahu bahwa laut adalah Benteng. Jika laut nusantara dikuasai maka nunsatara pun otomatis dikuasai orang asing.

Yang Tidak Pernah Belajar

Apa yang terjadi sekarang rasanya seperti tak berkaca dari masa lalu. Selalu ada slogan yang lalu biarlah berlalu. Akhirnya kesalahan yang lalu terulang lagi. Pernah ada masa dimana penjajah datang melalui laut dan dengan gemilang menguasai seluruh nusantara. Bahkan tercatat, oleh sekelompok sejarawan yang mengklaim bahwa Indonesia dijajah Belanda 350 tahun.

Beberapa tahun silam, setidaknya dua pulau Indonesia dikuasai Malaysia. Ini segera masalah nasional yang sangat terlambat untuk diatasi. Dan kasus yang sering terjadi adalah masuknya kapal-kapal asing ke laut Indonesia yang kaya. Dimana berton-ton kekayaan laut Indonesia hilang dicuri. Ironis sekali jika negara yang dikarunia laut begitu luas tidak bisa menjaga laut beserta isinya yang kaya.

Layakkah Indonesia disebut sebagai negara Maritim? Sebuah pertanyaan yang akan mendapat banyak jawaban. Sebagai negara yang wilayahnya terdiri dari lautan, Indonesia syah disebut negara Maritim. Tapi jika dilihat dari mentalitas dan bagaimana cara menjaga laut, jawabannya tidak. Semua orang di negeri ini tahu Angkatan Laut Indonesia begitu lemah.

Laut harusnya menjadi lumbung pangan rakyat. Banyak rakyat Indonesia yang bergantung pada sektor keluatan. Kita tahu ribuan nelayan bergantung pada tangkapan ikan dari laut Indonesia. Ikan tidak pernah habis mereka tangkapi tapi mereka selalu miskin karena keterbatasan alat penangkap ikan. Mereka kalah dengan kapal nelayan asing yang mencuri kekayaan laut Indonesia.

Kondisi ekonomi Indonesia yang demikian terpuruk kala ini bisa juga diatasi dengan memberdayakan sektor kelautan. Dengan memperkuat industri maritim yang beraneka-ragam bentuknya. Mulai dari perikanan sampai pariwisata. Melihat laut Indonesia yang kaya, rasanya Indonesia bisa melakukan apa saja dilaut.

Dunia Yang Sunyi

Keluatan menjadi studi yang sangat sepi. Karena negeri ini beserta penguasanya mulai meninggalkan laut. Dalam artian tidak lagi peduli dengan keluatan. Terlihat dari kurangnya armada Angkatan Laut untuk menjaga laut Indonesia yang luar biasa luasnya. Hingga kekayaan laut Indonesia binasa dan tak lagi dinikmati rakyat Indonesia. Dan artinya kemiskinan terus berlanjut bagi rakyat Indonesia

Dalam sepinya pemerintah peduli pada laut, tetap saja ada saja orang Indonesia yang masih peduli dengan laut. AB Lapian hanya salah satu. Dia telah menulis karya pentingnya soal laut. Bukunya, Orang Laut Bajak Laut Raja Laut, yang merupakan disertasinya adalah karya penting dalam dunia keluatan Indonesia. AB Lapian dikenal sering menulis tentang Laut Indonesia yang dilupakan.

Sebelum terlambat lebih jauh, atau menyesal di kemudian hari, marilah kiranya kita perhatikan laut Indonesia. Dan membuatnya menjadi kuat. Kita bisa buktikan bahwasanya Indonesia sekarang tidak kalah dengan Sriwijaya dan Majapahit di masa lalu. Kalah jaya di laut dibanding jaman Sriwijaya dan Majapahit jelas kemunduran besar. Dan ini sangat memalukan.

[1] VOC: Vereninging Oost-Indische Compagnie (Perusahaan dagang Hindia Timur)

Tidak ada komentar: